Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Hong Kong mengembangkan sebuah contoh artificial intelligence untuk membantu operasi SAR melacak hiker yang tersesat atau mengalami kecelakaan.
Bersama drone, contoh artificial intelligence ini dapat mempercepat operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) para hiker yang mengalami kecelakaan dan tersesat di kawasan pegunungan.
Contoh artificial intelligence ini bekerja berdasarkan model deep learning yang dilatih untuk mengenali ribuan foto yang diambil oleh drone lanskap kota. Model ini kemudian belajar menganalisis gambar serta mengidentifikasi obyek yang mirip manusia pada gambar.
Baca juga: Apa Itu Teknologi Artificial Intelligence?
Disebutkan bahwa software berbasis artificial intelligence (AI) ini memerlukan waktu sekitar lima detik untuk memroses gambar dan mengkalkulasi probabilitas atau kemungkinan adanya obyek manusia pada gambar tersebut.
Dikutip dari situs web Southern China Morning Post, Wong Tak-fai, Assistant Divisional Officer dari Tactical Support Unit, Dinas Damkar Hong Kong mengatakan bahwa contoh artificial intelligence ini meningkatkan efisiensi dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Menurutnya, program ini dapat mengindentifikasi hiker yang hilang dengan lebih cepat daripada jika mereka harus memeriksa gambar secara manual.
“Biasanya, kami mengandalkan orang dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Namun sekarang ada drone yang dapat mengambil foto dan mengirimnya kembali, dan software ini dapat membantu kami menganalisisnya,” Wong menjelaskan. Ia berharap pengembangan software ini akan secara efektif mempersingkat waktu pencarian.
Baca juga: Synthetic Party, Contoh Artificial Intelligence di Bidang Politik
Dinas Damkar Hong Kong melaporkan adanya peningkatan operasi SAR di kawasan pegunungan dari tahun ke tahun, bahkan ada lonjakan di masa pandemi. Pada tahun 2015, Dinas Damkar Hong Kong mencatat ada 215 operasi, yang kemudian meningkat menjadi 602 di 2020, dan 951 di 2021. Dan di tahun 2022 ini, dalam sembilan bulan pertama, petugas Damkar telah merespons 684 insiden.
Peningkatan ini terjadi karena kegiatan hiking semakin disukai warga Hong Kong terutama selama pandemi COVID-19. Masalahnya adalah ada hiker yang memilih rute yang tidak biasa.
Dalam sebagian besar inisiden ini, para hiker umumnya bisa menghubungi petugas dan memberikan lokasi yang jelas sehingga mereka relatif mudah ditemukan.
Namun dalam 10 kasus per tahun, hilangnya para hiker ini dilaporkan oleh keluarganya. Nah, untuk kasus seperti ini, menurut Wang, operasi SAR lebih sulit dilakukan dan memakan waktu lebih lama karena petugas harus menyisir area yang cukup luas melalui pencarian darat maupun udara.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR