Contoh artificial intelligence terus berkembang di berbagai bidang, tak terkecuali di bidang pertahanan. Penerapan artificial intelligence di bidang ini bisa dilakukan di hampir semua area.
Seperti halnya di industri lainnya, contoh artificial intelligence semakin banyak dijumpai di industri pertahanan (defense industry) sehingga pasarnya pun berkembang. Straits Research mencatat, nilai dari artificial intelligence dan robotika dalam ukuran pasar (market size) kedirgantaraan (aerospace) dan defense (pertahanan) global mencapai US$18,5 miliar pada tahun 2021. Dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat hingga mencapai US$40,51 miliar pada 2030, tumbuh pada CAGR 9,1% sepanjang 2022-2030.
Yang menarik, kawasan Asia Pasifik diprediksi mengalami pertumbuhan yang lebih pesat pada CAGR 11,3%, mencapai US$15,3 miliar sepanjang 2022-2030. China, Korea Selatan, dan Jepang adalah negara-negara yang akan memimpin dalam pengembangan dan integrasi artificial intelligence.
Sektor pertahanan sendiri merupakan pengadopsi terbesar artificial intelligence selama dua dekade terakhir, masih menurut Straits Research. Berbagai contoh artificial intelligence hadir untuk berbagai kebutuhan di sektor pertahanan, seperti intelligence collection & analysis, logistik, operasi siber, operasi informasi, command & control, dan pengembangan kendaraan semi autonomous maupun kendaraan autonomous.
Inilah beberapa contoh penerapan artificial intelligence di bidang pertahanan.
1. Latihan tempur
Artificial intelligence (AI) dapat menjawab pertanyaan “bagaimana melatih pasukan menghadapi situasi perang tanpa medan perang sesungguhnya?”. AI dapat dimanfaatkan untuk menciptakan simulasi dan pelatihan dalam berbagai model yang akan digunakan untuk melatih pasukan dengan berbagai sistem pertempuran.
Untuk keperluan ini, AI dikombinasikan dengan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk menghadirkan lingkungan virtual yang lebih menyerupai situasi aslinya.
2. Keamanan siber
Sektor pertahanan menyimpan banyak informasi yang bersifat kritis dan rahasia. Hal ini menjadikan sektor pertahanan sebagai salah satu target utama serangan siber.
Berbagai teknik pengamanan dan proteksi tentu telah diterapkan untuk melindungi informasi yang sensitif itu. Namun AI dapat berperan penting sebagai tambahan lapisan keamanan dalam mencegah intrusi yang tak berijin.
3. Senjata dan amunisi
Siapa yang tak ngeri dengan sistem senjata otonom (autonomous weapon) yang ditenagai AI sehingga mampu memilih target dan membunuh orang tanpa pengawasan manusia? Senjata jenis ini tentu membutuhkan waktu lama untuk mengembangkannya.
Namun AI mulai diintegrasikan dengan platform militer yang sudah ada, misalnya pada swarming drone dan pesawat nirawak kamikaze (loitering munitions). Membekal kecerdasan buatan, kawanan drone yang lincah ini bisa menjadi senjata taktis penghancur konvoi kendaraan lapis baja, bahkan pesawat tempur di landasan pangkalan militer.
Contoh lain adalah penggunaan AI untuk membangun autonomous tank sehingga mesin perang ini dapat beroperasi tanpa operator manusia. Atau pada sistem rudal yang canggih.
4. Logistik
Seperti di sektor-sektor lain, operasi militer pun harus memikirkan logistik. Namun aktivitas logistik di bidang pertahanan tentu berbeda dari layanan logistik pada umumnya. Machine learning dan analisis geospatial diintegrasikan dengan sistem logistik militer untuk mengurangi upaya, waktu, dan kesalahan. Artificial intelligence berperan dalam memastikan keamanan, keselamatan, dan efisiensi dari sistem logistik.
5. Menjinakkan bahan peledak
Kerja sama antara robot dan kecerdasan buatan atau AI dapat menjadi penjinak bahan peledak yang andal dan menghindari terlukanya seseorang. Perangkat cerdas yang dioperasikan dari jarak jauh ini membuat proses penjinakan bahan peledak atau bom ini menjadi lebih aman bagi manusia.
6. Layanan kesehatan di medan perang
Machine learning and artificial intelligence dapat membantu dalam kegiatan terkait layanan kesehatan di medan perang, seperti aktivitas evakuasi, sistem bedah jarak jauh, dan sebagainya. Sistem beda robotika dan robotics ground platform yang dibekali teknologi machine learning dapat membantu melakukan diagnosis medis dan menangani cedera/luka di tengah situasi perang.
7. Threat monitoring
Aktivitas ini dilakukan dengan melakukan monitoring terhadap jaringan, yaitu dengan menganalisis, mengevaluasi, dan memantau jaringan organisasi serta endpoint sehingga dapat mencegah masuknya ransomware, intrusi, malware dan sebagainya, ke dalam jaringan pertahanan.
Algoritme machine learning dapat dilatih untuk mendeteksi malware, melakukan pattern recognition, dan mendeteksi serangan ransomware sebelum semua ancaman itu masuk ke dalam sistem.
AI juga berperan penting dalam pengembangan sistem cerdas untuk threat awareness,yang dipasang di drone. Negara-negara seperti AS, Rusia, China, India, dan sebagainya menggunakan drone untuk mendeteksi ancaman terutama di area yang terpencil.
8. Sistem pendukung keputusan
Sistem pendukung keputusan sangat membantu untuk berbagai industri untuk kebutuhan yanng berbeda, misalnya perawatan medis, manufaktur, pemasaran, peralatan mandiri (drone), dan lain-lain.
Machine learning digunakan unutk membangun sistem pendukung keputusan di sektor pertahanan, misalnya drone cerdas, rudal jelajah otomatis, atau senjata otomatis. Sistem ini akan mengambil keputusan sesuai dengan objek yang mencurigakan. Machine learning membantu mesin membuat keputusan dengan menganalisis data dan memberikan saran tindakan terbaik.
9. Perlindungan perbatasan
Tujuan utama dari sektor pertahanan adalah untuk melindungi area yang menjadi wilayah suatu negara dari serangan-serangan di perbatasan, dengan cara berpatroli di wilayah tersebut.
Negara menempatkan pasukan militer untuk menjaga perbatasn. Namun saat ini berbagai sensor pintar dan mesin cerdas, seperti drone, memainkan peran penting dalam sistem keamanan perbatasan.
Drone ini dilengkapi dengan berbagai algoritme machine learning dan perangkat lunak yang mendeteksi, menganalisis, dan menginformasikan aktivitas mencurigakan apa pun dengan mengirimkan informasi ke pusat data. Dengan adanya teknologi AI, manusia tidak perlu secara fisik hadir di perbatasan dan menghadapi situasi berbahaya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR