Untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan konsumen, pola konsumsi, dan situasi ekonomi, pelaku bisnis dapat mengembangkan strategi bisnis baru yang fokus pada pertumbuhan jangka panjang serta menghindari tindakan dramatis seperti lonjakan harga mendadak sebagai respons terhadap inflasi atau resesi.
2. Tidak mengabaikan penjualan yang bervolume kecil
Konsumen yang berkecukupan secara finansial cenderung memiliki daya beli yang tinggi, sehingga bisnis pun pada umumnya menyasar segmen konsumen tersebut untuk menghasilkan penjualan dan keuntungan bervolume tinggi.
Terlepas dari fakta tersebut, mengabaikan penjualan bervolume kecil bisa menjadi kesalahan besar karena sebagai mesin perekonomian negara, sebagian besar UMKM menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Hampir semua lapangan kerja negara—97 persen—disediakan oleh 63 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60% dari PDB. Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis untuk tidak kehilangan fokus pada penjualan yang bervolume kecil.
3. Kurangi biaya produksi dan tingkatkan penjualan
Penurunan harga produk bisa menjadi solusi untuk meningkatkan keuntungan dengan mengurangi biaya produksi dan menetapkan harga pasar. Dengan menurunkan harga secara bertahap sambil mempertahankan margin keuntungan yang didapatkan dari setiap penjualan, pelaku bisnis dapat meningkatkan pangsa pasar mereka.
Keunggulan komparatif atau biasa disebut dengan Comparative Advantage merupakan teori ekonomi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memodifikasi sistem produksi untuk daya saing. Suatu negara mampu mencapai keunggulan komparatif ketika negara tersebut menghasilkan komoditas atau jasa dengan biaya peluang yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Teori ini memungkinkan pelaku bisnis untuk menawarkan barang dan jasa dengan biaya lebih rendah daripada para pesaingnya, sehingga margin keuntungan dapat ditingkatkan.
4. Perbanyak kolaborasi dan kemitraan
Di masa pasca-pandemi, kolaborasi dan kemitraan dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi lintas industri. Kolaborasi dan kemitraan yang erat antar pelaku bisnis menjadi semakin relevan di pasar yang terfragmentasi seperti Indonesia. Di era digital, kolaborasi bisnis merupakan langkah strategis yang bijak karena dapat mempengaruhi kinerja positif perusahaan secara signifikan. Dengan demikian, kolaborasi dan kemitraan juga menjadi faktor pendukung yang sangat baik bagi kesuksesan bisnis di sektor digital Indonesia.
“Dengan pergerakan ekonomi dunia yang cepat, sebagai pelaku bisnis kita terus dihadapkan dengan pilihan untuk bergerak maju atau berisiko untuk tertinggal. Definisi sukses pun telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Melihat kondisi tersebut, SIRCLO berkomitmen untuk memaksimalkan potensi dari setiap pelaku usaha melalui ragam solusi yang ditawarkan. Harapannya, kami dapat mendukung bisnis dari berbagai skala untuk menjadi tangguh dan relevan dalam menghadapi masa depan yang tidak terduga,” tutup Brian.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR