Penulis: David Sentongo (Product Strategy Leader di Kofax)
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan, termasuk yang bergerak di sektor publik, mulai menerapkan RPA (robotic process automation). Dalam kurun waktu satu dasawarsa, kita telah bergerak dengan cepat dari percakapan terdidik mengenai “apakah RPA itu” menuju penerapan dan proyek uji coba di berbagai lembaga.
Proses pemerintahan yang sebagian besar bersifat manual dan digerakkan oleh dokumen membuat kita perlu memikirkan ulang cara terbaik melakukan pekerjaan ini. Beberapa pemimpin lembaga telah mengenali peluang besar ini dan mengambil tindakan yang perlu: memberikan layanan publik yang lebih baik dan beroperasi untuk tujuan yang lebih besar menggunakan teknologi automasi.
Gagasan untuk mengalihkan pegawai ke pekerjaan yang lebih bermanfaat telah menjadi kenyataan dan telah terjadi di banyak lembaga. RPA, yang menggunakan ‘bot’ untuk mengautomasi dan menstandarkan proses bisnis yang berulang, berhasil meringankan anggaran dan sumber daya yang terbatas dalam melakukan aktivitas-aktivitas penting.
RPA meningkatkan efisiensi kegiatan operasional yang telah ada sehingga organisasi dapat mengalihkan staf dari pekerjaan bernilai rendah ke pekerjaan bernilai tinggi. Automasi ini juga berhasil memperbaiki proses bisnis, mengubah budaya kerja, dan meningkatkan moral pegawai.
Dari contoh itu, dorongan untuk memajukan automasi di lembaga pemerintah pada dasarnya memiliki peluang sangat besar. Akan tetapi, sebagian besar peluang tersebut belum dimanfaatkan meski menjanjikan dari sisi produktivitas, efisiensi, dan kualitas.
Pada kondisi seperti ini, hiperautomasi menjadi relevan. Perusahaan yang berhasil melakukan hiperautomasi dapat mengubah cara dan karakteristik pemberian layanan publik; atau dengan kata lain, merevolusi layanan publik. Selain itu, para pendatang baru kini mendapatkan dukungan, bukan saja dari keberhasilan para pendahulunya melainkan juga dari regulasi. Tidak ada saat yang lebih tepat untuk memulai inovasi di sektor publik.
Transformasi Digital Cerdas: Pendekatan Platform Terintegrasi
Gartner mendefinisikan hiperautomasi sebagai “kombinasi efektif dari serangkaian alat komplementer yang dapat mengintegrasikan fungsional dan proses yang terpisah guna mengautomasi dan meningkatkan proses bisnis”. Gartner menamakan alat komplementer tersebut sebagai “DigitalOps Toolbox”. DigitalOps Toolbox mencakup RPA, penemuan proses, penambangan proses, BPM, dan teknologi-teknologi lain yang dirujuk dalam undang-undang 21st Century Integrated Digital Experience Act.
Lembaga yang mencapai hiperautomasi dapat menggabungkan berbagai teknologi ini untuk mentransformasikan lebih banyak proses; tidak hanya dengan RPA saja. Lembaga yang menjalankan hiperautomasi menyadari efisiensi operasional dan kepuasan publik yang lebih tinggi dapat dicapai melalui kerjasama yang mulus antara teknologi dan sumber daya manusia. Kerjasama teknologi dan SDM ini pun dilakukan untuk mendigitalisasikan proses operasional bisnis dari hulu ke hilir.
Hiperautomasi merupakan fondasi kuat bagi penskalaan. Transformasi proses manual yang kompleks berubah menjadi proses yang bergerak lebih cepat dan lebih efisien. Namun hal ini memerlukan ekosistem kolaborasi dari berbagai teknologi komplementer dan sumber daya manusia, yang bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Strategi ini akan mencapai hasil lebih optimal dibanding, misalnya, menjalankan RPA yang bekerja secara tersekat-sekat dan sumber daya manusia yang melakukan pemeriksaan secara sporadis. Inilah dasar pemikiran di balik DigitalOps Toolbox Gartner. Penelitian telah dilakukan untuk mengenali serangkaian teknologi komplementer tangguh yang dapat memberikan cakupan terbaik bagi perusahaan dan kemampuan untuk mentransformasi proses operasional dengan automasi.
KOMENTAR