Dalam kesempatan terpisah, Bill Gates mengungkapkan tiga alasan lain tidak ingin investasi Bitcoin.
Pertama, Bitcoin menggunakan terlalu banyak energi listrik dalam setiap aktivitasnya, seperti proses penambangan (mining).
“Bitcoin menggunakan terlalu banyak energi, di samping mendorong transaksi yang bersifat anonim,” ujar Gates dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.
Untuk mendapatkan Bitocoin, penambang menggunakan komputer untuk memecahkan serangkaian kode. Dari kode itulah penambang akan mendapat Bitcoin. Agar kode terpecahkan, maka membutuhkan mining rig berupa komputer dan kartu grafis yang kuat serta butuh energi listrik yang besar.
Dalam sebuah laporan, Universitas Cambridge mengungkapkan bahwa konsumsi listrik yang pengguna pakai untuk menambang Bitcoin lebih banyak ketimbang konsumsi listrik di Pakistan dalam setahun. Penambangan bitcoin dalam setahun membutuhkan 123,64 terra-watt (TWh) listrik, sementara seantero Pakistan hanya mengonsumsi 120,56 TWh per tahun.
Selain soal konsumsi listrik, anonimitas menjadikan Bitcoin kerap pelaku kejahatan gunakan. Misalnya untuk membeli narkoba, melakukan pencucian uang, penggelapan pajak, dan pendanaan teroris.
Alasan ketiga karena harganya yang sangat fluktuatif. Ia berpendapat hal ini dapat memengaruhi para investor yang notabene tidak memiliki dana cadangan yang cukup. Harga Bitcoin memang dilaporkan mengalami tren kenaikan selama 2021.
Bahkan, Bitcoin sempat mencapai harga tertinggi pada Oktober 2021, dengan harga 66.000 dollar AS atau sekitar Rp 931 juta per keping. Namun, sejak Oktober 2021 hingga Mei 2022 ini, harga Bitcoin terus menunjukkan tren penurunan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR