IBM dan Marshall Space Flight Center milik NASA (National Aeronautics and Space Administration) beberapa hari lalu di New York, Amerika Serikat mengumumkan kolaborasi antara keduanya untuk memanfaatkan AI (artificial intelligence) sehubungan perubahan iklim alias climate change. IBM menyebutkan bahwa NASA memiliki data mengenai bumi serta geospasial dalam jumlah yang amat besar dan teknologi AI dari IBM akan digunakan untuk menemukan berbagai insight baru dari data tersebut. Pemanfaatan AI yang dimaksud diyakini memiliki potensi untuk secara cepat memajukan pengertian perihal bumi dan respons terhadap isu-isu sehubungan iklim.
IBM menambahkan bahwa melalui kerja sama antara dirinya dan NASA, model AI yang akan diterapkan adalah foundation model. Foundation model ini akan diterapkan pada data satelit observasi bumi NASA dan diklaim sebagai yang pertama kali dilakukan terhadapnya. Apalagi data observasi yang dikumpulkan pun memiliki laju yang tinggi melebihi sebelumnya. Seperti yang telah disampaikan, teknologi foundation model IBM memiliki potensi untuk mempercepat penemuan dan analisis dari data bersangkutan; memudahkan para peneliti untuk menganalisis dan mendapatkan aneka insight dari data berjumlah amat besar itu.
IBM menjelaskan bahwa foundation model adalah tipe model AI yang dilatih menggunakan data tak berlabel dalam jumlah besar, bisa digunakan untuk berbagai tugas berbeda — banyak AI yang ada saat ini ditujukan untuk tugas khusus, dan bisa menerapkan informasi mengenai suatu situasi ke situasi lainnya. Salah satu model awal dari foundation model adalah GPT-3 (Generative Pre-trained Transformer 3). Seperti yang diketahui bersama, kini ChatGPT sedang populer. ChatGPT seperti namanya memanfaatkan GPT. Berbagai foundation model memang telah secara cepat memajukan bidang NLP (natural language processing) beberapa tahun terakhir. IBM pun menekankan bahwa dirinya mempelopori penggunaan-penggunaan foundation model di luar bahasa. Mengenai GPT sendiri bisa dilihat di sini. Adapun mengenai ChatGPT bisa dilihat di sini dan di sini.
"Keindahan dari para foundation model adalah mereka memiliki potensi untuk digunakan pada banyak aplikasi downstream," ujar Rahul Ramachandran (ilmuawan penelitian senior pada Marshall Space Flight Center milik NASA di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat). "Membangun aneka foundation model ini tidak bisa dilakukan oleh tim kecil," sebutnya lagi sembari menambahkan diperlukan berbagai tim lintas organisasi yang berbeda untuk membawa perspektif, sumber daya, dan keahlian yang berbeda.
"Para foundation model telah terbukti sukses pada natural language processing, dan adalah waktunya untuk melebarkannya ke berbagai domain dan modalitas baru yang penting untuk bisnis dan masyarakat," kata Raghu Ganti (peneliti utama pada IBM). "Menerapkan berbagai foundation model ke geospasial, event-sequence, time-series, dan faktor-faktor nonbahasa lainnya dalam data Earth science bisa membuat aneka insight dan informasi yang sangat berharga mendadak tersedia untuk kumpulan peneliti, bisnis, dan warga yang jauh lebih luas. Pada akhirnya, ia bisa memfasilitasi lebih banyak orang untuk bekerja pada isu-isu iklim kita yang paling mendesak," tambahnya.
IBM dan NASA berencana untuk mengembangkan sejumlah teknologi baru untuk mendapatkan berbagai insight. Salah satunya adalah dengan melatih suatu geospatial intelligence foundation model IBM pada set data Harmonized Landsat Sentinel-2 (HLS) NASA yang mengandung data mengenai land cover dan penggunaan tanah. Nantinya, foundation model bersangkutan bisa membantu para peneliti untuk mendapatkan analisis yang kritis terhadap berbagai sistem lingkungan bumi. Satu lagi yang dikemukanan, khusus yang ini masih merupakan kemungkinan, adalah membangun suatu foundation model untuk prediksi cuaca dan iklim memanfaatkan set data MERRA-2 (Modern-Era Retrospective analysis for Research and Applications, Version 2) NASA yang megandung data mengenai atmosfer.
KOMENTAR