Sektor layanan keuangan seperti bank, sebagai salah satu sektor kritikal yang perlu menjunjung tinggi keamanan siber, tentunya diwajibkan untuk melindungi kerahasiaan data nasabahnya dari segala potensi ancaman siber, sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk UU PDP tersebut.
Salah satunya, Bank Central Asia (BCA) secara konsisten berupaya meningkatkan pemahaman nasabah dan karyawan akan potensi serta dampak risiko-risiko yang ada, memastikan perusahaan senantiasa mematuhi peraturan terkait dari pemerintah, serta menambah lapisan keamanan.
Hal ini Bank BCA lakukan di antaranya dengan mewajibkan pembelajaran mengenai cyber security (keamanan siber) pada saat on-boarding karyawan, menetapkan tim khusus yang berfokus pada perlindungan dan penguatan keamanan siber, serta bekerja sama dengan perusahaan penyedia teknologi seperti Microsoft untuk memastikan sistem-sistem perusahaan tetap aman.
“Seringkali pegawai kami perlu mengakses dokumen-dokumen penting secara remote. Akan tetapi, remote access juga tidak terlepas dari risiko. Setelah melakukan due dilligence yang komprehensif, kami memutuskan untuk bekerja sama dengan penyedia teknologi pihak ketiga, termasuk Microsoft, yang dapat membantu kami mencegah potensi risiko tersebut,” jelas Lily Wongso, Executive Vice President IT Security Bank BCA, pada acara Cybersecurity Masterclass Microsoft Indonesia, Selasa (7/2/2023).
“Microsoft, melalui Microsoft InTune, membantu melindungi device end-point kami, baik itu dengan menggunakan Multi-Factor Authentication, fitur Encryption, dan juga dalam membangun Company Portal,” tambah Lily.
Baca Juga: Microsoft: Serangan Phishing dan Ransomware Paling Merajalela Saat Ini
Baca Juga: BCA Raih Sertifikasi untuk Layanan TI, Data Center dan Help Desk
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR