Merayakan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh di setiap tanggal 9 Februari, rasanya tidak lengkap tanpa menoleh kembali kilas balik evolusi perjalanan pers sejak zaman Indonesia sebelum merdeka hingga era digital saat ini.
Ada banyak sekali milestone penting yang menjadi tonggak sejarah perjalanan pers Indonesia.
Salah satunya, bagaimana peranan audio, dalam hal ini radio, sebagai saluran berita terpenting pada tahun 1940-an dan perannya terus berkembang hingga saat ini.
Dalam perkembangannya, nyatanya jurnalisme audio tidak hanya hadir sebagai pioner tetapi juga menjadi saluran pemberitaan yang terus berkembang.
Seiring dengan kemajuan teknologi mulai terlihat perubahan konsumsi masyarakat dalam banyak hal, termasuk konsumsi bacaan berita.
Kini, media seakan dituntut untuk bisa masuk ke semua elemen guna menjangkau pembaca yang semakin melek digital.
Platform berita dunia seperti The New York Times, The Washington Post, dan BBC kini menghadirkan opsi mendengarkan berita lewat audio untuk memberikan kemudahan sekaligus kenyamanan bagi masyarakat dalam menikmati konten berita.
Rupanya, minat masyarakat akan konten berita audio ini terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan hasil survey NPR & Edison Reports, terdapat peningkatan 214% dalam mendengarkan berita audio yang disajikan pada platform berita online di Amerika Serikat.
Studi ini menyoroti bahwa jumlah pendengar berita audio terus meningkat dengan perkiraan 26 juta lebih banyak dibandingkan dengan delapan tahun lalu, atau menembus angka total 131 juta pendengar setiap hari.
Di Indonesia, opsi mendengarkan konten berita juga mulai diadopsi oleh beberapa media besar.
Dalam acara Media Gathering ‘Peringatan Hari Pers Nasional’ yang digelar Kamis (9/2/2023), di Noice Space, Niken Sasmaya selaku Chief Business Officer (CBO) Noice mengungkapkan “Platform audio memiliki banyak keunggulan yang membuat popularitasnya terus meningkat setiap tahun, seperti kemudahan karena bisa didengarkan di kala screenless moment, sambil beraktivitas, serta jenis konten yang beragam.”
Keunggulan itu pula yang menurutnya diyakini sebagai potensi besar yang bisa dimanfaatkan bagi kemajuan jurnalisme di era digital.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR