Operator seluler AT&T sedang menjajaki penjualan divisi keamanan siber sekaligus menambah serangkaian divestasi yang dilakukan AT&T untuk membayar utang.
Sebelumnya, AT&T mengakuisisi Time Warner senilai 108,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.654 triliun pada 2018.
AT&T menjual 30 persen saham di unit TV berbayar DirecTV ke perusahaan ekuitas swasta TPG seharga 1,8 miliar dolar AS (Rp27,3 triliun) dan menerima 40,4 miliar dolar AS (Rp614,8 triliun) tunai.
AT&T telah menggandeng Barclays Plc untuk mengumpulkan tawaran potensial bisnis keamanan siber Alienvault.
Sumber itu memperingatkan tidak ada kesepakatan yang pasti dan meminta anonimitas karena masalah tersebut bersifat rahasia.
Sementara AT&T dan Barclays menolak berkomentar seperti dikutip Reuters.
Divisi keamanan siber AT&T membantu usaha kecil hingga menengah menjaga jaringan teknologi informasi mereka, termasuk laptop, desktop, server, dan perangkat seluler, tetap aman.
Akuisisi Alienvault bertujuan untuk memberi AT&T keunggulan dalam mendaftar dan mempertahankan klien korporat, tetapi alasan kesepakatan tersebut terkikis saat startup keamanan siber yang menawarkan alternatif murah telah menjamur.
Wajib Punya Tim Cyber Security
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendorong setiap organisasi dan perusahaan terutama penyelenggara sistem elektronik (PSE) di bidang perbankan dan keuangan untuk mempunyai tim taktis yang bertugas menjaga dan menangani cyber security atau keamanan siber.
"Setiap organisasi itu harus mempunyai tim tanggap. Pertama, kalau ada apa-apa, tim itu bisa dihubungi BSSN. Kedua, memang harus ada orang yang kalau terjadi apa-apa, dia tahu apa yang harus dilakukan," kata Sandiman Ahli Madya BSSN Anton Setiyawan.
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR