Sebuah tim peneliti di Universitas Stanford telah mengembangkan sistem artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang dapat mengidentifikasi kanker payudara dengan akurasi yang tinggi.
Sistem AI itu menggunakan teknologi deep learning untuk menganalisis gambar medis dari mamografi, yang kemudian dibandingkan dengan data kanker payudara yang sudah diketahui.
Sistem AI para peneliti itu juga dapat mengidentifikasi kanker payudara dengan akurasi sekitar 94,5%, yang lebih tinggi daripada keakuratan diagnosis manusia yang hanya sekitar 90%. Sistem tersebut juga dapat membantu dokter memprioritaskan pasien yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Sistem AI kami dapat menjadi alat yang sangat berguna bagi dokter dalam menentukan diagnosis yang tepat dan memberikan perawatan yang tepat waktu kepada pasien dengan kanker payudara," kata salah satu peneliti.
Para peneliti mengakui bahwa sistem AI tersebut masih perlu diuji lebih lanjut sebelum dapat digunakan secara luas dalam praktik medis.
Tingkatkan Kualitas Perawatan
Teknologi AI dapat membantu meningkatkan kualitas perawatan kesehatan di rumah sakit. Salah satu contoh adalah di Rumah Sakit St. Mary's di London, Inggris, di mana sistem AI digunakan untuk memprediksi risiko pasien terhadap sepsis.
Sepsis adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa dan seringkali sulit didiagnosis secara dini. Namun, dengan bantuan sistem AI, dokter dapat mendeteksi tanda-tanda sepsis pada pasien lebih awal, sehingga dapat memberikan perawatan yang tepat waktu dan mengurangi risiko kematian.
Selain itu, teknologi AI juga dapat digunakan untuk menganalisis data medis secara cepat dan akurat, membantu dokter dalam membuat diagnosis yang lebih tepat dan merencanakan perawatan yang lebih efektif. Hal ini juga dapat membantu mengurangi biaya perawatan dan meningkatkan efisiensi rumah sakit.
"Teknologi AI dapat membantu mempercepat dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan di rumah sakit, serta mengurangi risiko kesalahan medis," kata salah satu dokter di Rumah Sakit St. Mary's.
Meskipun demikian, para ahli mengingatkan bahwa teknologi AI tidak boleh menggantikan peran dokter atau tenaga medis lainnya, melainkan harus digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan.
Teknologi AI diharapkan dapat membantu mengurangi risiko kesalahan medis dan meningkatkan efisiensi rumah sakit, sehingga memberikan manfaat yang besar bagi pasien dan tenaga medis.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR