Indonesia merupakan salah satu pasar potensial untuk data center (pusat data) di Asia Tenggara, dengan perkiraan nilai industri mencapai USD 3,43 miliar (setara Rp 51 triliun) pada tahun 2027 mendatang.
Ditambah dengan besarnya populasi generasi muda dan digital savvy di negara ini, Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi bisnis teknologi dan hyperscaler untuk memanfaatkan transformasi digital yang semakin cepat.
Transformasi digital ini juga menghasilkan peluang pertumbuhan besar-besaran bagi bisnis pusat data. Princeton Digital Group (PDG) menyatakan bahwa seiring berkembangnya pasar dan meningkatnya permintaan akan layanan pusat data, penyedia layanan pusat data perlu mulai berfokus pada optimisasi.
Optimisasi tersebut mencakup bagaimana mereka dapat beroperasi secara efisien, baik dari segi penggunaan daya maupun biaya operasional.
Mengomentari perlunya optimisasi pusat data di Indonesia, Stephanus Tumbelaka, Managing Director, PDG Indonesia menjelaskan, “Transformasi digital yang pesat di Indonesia telah menghasilkan pertumbuhan bisnis pusat data yang masif di Tanah Air, termasuk Pusat Data Nasional yang saat ini sedang dibangun.”
“Namun, kita perlu mulai memikirkan lebih dari sekadar membangun pusat data, tetapi juga mengoptimalkan dan mengoperasikan pusat data tersebut, seiring dengan pertumbuhan dan kebutuhan bisnis berbasis teknologi di Indonesia yang terus meningkat,” lanjut Stephanus.
Menurut PDG, terdapat lima area utama optimisasi pusat data yang dapat dilakukan di Indonesia, guna memastikan pengoperasian terbaik dan mendukung pencapaian bisnis jangka panjang. Lima bidang utama tersebut terdiri dari:
1. Desain pusat data
Saat ini, terobosan metodologi dan teknologi pusat data terkini dapat diaplikasikan pada infrastruktur pusat data yang sudah ada sebelumnya (pusat data versi terdahulu).
Namun, optimisasi pusat data terbaik sejatinya dapat dilakukan sejak tahapan rancangan dan konstruksi awal.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menuntut tingginya kebutuhan pusat data dengan kelebihan metodologi dan teknologi bawaan (built-in) yang fleksibel.
Sehingga, dapat memastikan agar perbaikan dan upgrade kebutuhan memungkinkan untuk dilakukan dengan mudah di masa depan.
2. Proses
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR