Pihak ketiga yang dimaksud oleh engineer Google itu adalah komunitas open-source, mengingat teknologi open-source biasanya dirilis untuk dipakai, ditingkatkan, dan diadaptasi oleh siapa saja sesuai keinginan mereka.
"Saat ini developer AI open-source sudah melampaui kerja Google. Sejak large language model LLaMA buatan Meta hadir di pasar, alat itu membuat siapa saja bisa mengembangkan model AI," katanya.
Dokumen itu juga mengutip sejumlah website yang dilengkapi dengan model AI open-source yang bisa menciptakan karya visual. Berbeda dengan ChatGPT dan chatbot Google Bard yang tidak menyediakan model AI mereka untuk publik.
"Meskipun model kami masih sedikit unggul dari segi kualitas, kesenjangannya mulai menutup dengan sangat cepat. Model open-source lebih cepat, lebih dapat disesuaikan dan lebih mampu," ujarnya.
Dikalahkan Microsoft
Kehadiran chatbot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT mengubah peta persaingan pasar mesin pencari di dunia.
Google sebagai penguasa pasar mesin pencari dengan Google Search cukup gerah melihat kehadiran ChatGPT.
Hal itu dikarenakan pesain utama Google yaitu Microsoft menggandeng OpenAI untuk mengintegrasikan layanan ChatGPT ke dalam mesin pencari Bing. Terbukti, pengguna mesin pencari Microsoft Bing melonjak dalam waktu singkat.
Jika hal itu dibiarkan, maka Bing berpotensi besar menggantikan Google Search di masa depan. Google sendiri langsung memperkenalkan layanan chatbot AI Bard di pasar untuk menandingi ChatGPT. Sayangnya, kemampuan Bard sangat terbatas dan tidak sanggup memukau pengguna dan pasar.
Cyrus Mewawalla (Head of Thematic Intelligence di GlobalData) mengatakan teknologi AI adalah tema besar pengembangan teknologi pada 2023. Microsoft melihat potensi besar pada ChatGPT dan langsung menyuntik dana besar ke OpenAI.
"Microsoft saat ini memenangkan perlombaan AI ini," kata Mewawalla seperti dikutip CNBC.
Microsoft pun mulai mengintegrasikan kecanggihan ChatGPT di produk andalannya, mulai mesin cari sampai produk komputasi awan. Sayangnya, Google dianggap ketinggalan dalam pengembangan chatbot AI.
Padahal, Google bisa dibilang mereka lebih dulu berinvestasi di AI. Tahun 2014, mereka mengakuisisi startup AI asal Inggris Deepmind.
"Di satu sisi pada tahun 2022, itu (Google) memiliki momen Kodak. Mereka memiliki produk terkemuka tetapi mengesampingkannya karena takut dapat mengkanibalisasi bisnis intinya. Sekarang bisnis intinya berada di bawah ancaman besar," kata Mewawalla.
Momen Kodak merujuk pada kebangkrutan raksasa Kodak karena walau pernah sangat jaya, pada akhirnya tidak mampu melihat tren pasar dan gagal beradaptasi ke era digital.
"Masalah Google adalah meski mereka punya orang terpintar di AI, mereka adalah perusahaan engineer dan tidak memproduksi apa yang sudah mereka buat (di AI)," kata Richard Kramer, analis di Arete Research.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR