Jika dirunut ke belakang, ada tiga peristiwa yang membuat seorang Gunawan (CEO ESB) berkecimpung di dunia kuliner. Titik pertama terjadi saat Gunawan masih berusia 11 tahun, ketika ia “ditantang” sang ibu untuk memasak sendiri makanannya. “Soalnya waktu itu saya bilang masakan mama tidak enak,” ujar Gunawan sambil tertawa.
Tantangan itu membuat Gunawan belajar memasak dan akhirnya jatuh cinta pada dunia kuliner. Ia bahkan sempat merintis program beasiswa untuk belajar menjadi koki di Jepang. Namun krisis moneter 1998 datang, dan semua rencana itu pun buyar. Gunawan akhirnya kuliah akuntansi di Universitas Tarumanegara, dan di kemudian hari bekerja di PwC.
Titik kedua terjadi saat Gunawan keluar dari PwC dan memutuskan membuat perusahaan konsultan sendiri. Tanpa disadari, kebanyakan kliennya adalah pemilik restoran. Interaksi ini membuatnya lebih paham seluk-beluk industri F&B, termasuk bagaimana membuat proses bisnis yang ramping.
Saat menjadi konsultan, Gunawan juga memiliki klien sebuah sebuah software house yang terdiri dari tiga programmer. “Awalnya mereka datang untuk konsultasi pajak,” cerita Gunawan. Software house ini terbilang sukses karena memiliki klien dari industri perbankan dan finansial. Tertarik akan keahlian mereka, Gunawan pun menggandeng tiga programmer ini untuk mendirikan ESB (Esensi Solusi Buana), dengan fokus mengembangkan ERP untuk berbagai industri.
Namun di tahun 2018, Gunawan mengaku bosan membangun software sekadar untuk mendapatkan uang. “Saya ingin meninggalkan cerita untuk ke anak-cucu saya,” ungkap Gunawan.
Di momen itulah, dunia kuliner kembali memanggil. Gunawan melihat, F&B adalah industri yang tidak pernah dilirik software developer. Jika membutuhkan aplikasi, pemilik restoran biasanya membuat sendiri atau menggunakan yang ada meskipun tidak cocok. Gunawan pun terpikir untuk membuat aplikasi restoran yang ramping dan efisien.
“Saya ingin mengubah industri F&B Indonesia tanpa perlu membuka restoran,” ungkap Gunawan.
Digunakan Restoran Global dan UMKM
Aplikasi ESB sendiri menyasar area pelayanan (frontend) maupun pengelolaan (backend). Di sisi frontend, terdapat aplikasi ESB POS, ESB POSLite, dan ESB Order untuk melayani konsumen restoran. Sementara di sisi backend, terdapat solusi ESB Core yang memonitor proses bisnis restoran mulai dari persediaan, produksi, sampai keuangan.
Saat ini, solusi ESB digunakan di berbagai restoran ternama di Indonesia, termasuk restoran dengan jaringan global. Salah satu contohnya adalah Starbucks Indonesia, di mana solusi ESB digunakan sebagai substitusi sistem yang biasa digunakan Starbucks global. Contoh konsumen ESB lainnya adalah Auntie’s Ann, Djournal Coffee, Marugame Udon, dan lain sebagainya.
Solusi ESB sendiri dirancang secara modular, sehingga bisa digunakan sesuai kebutuhan restoran. Dalam beberapa kasus, modul ESB juga dapat diintegrasikan dengan sistem yang telah ada. “Namun 95% pelanggan kami beralih dari sistem lama ke sistem ESB,” ungkap Gunawan.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR