Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan memegang peranan penting di masa depan. Tak heran setiap negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan inovasi AI. Akademi AI Beijing (Beijing Academy of Artificial Intelligence/BAAI) itu menunjukkan komitmen China untuk mengembangkan sebuah model bahasa besar (large language model/LLM) generalis yang menggunakan isyarat visual untuk melakukan tugas-tugas segmentasi acak.
Kepala Institut Informasi Ilmiah dan Teknis China (Institute of Scientific and Technical Information of China/ISTIC) Zhao Zhiyun menyampaikan teknologi LLM China telah berkembang pesat bersama berbagai jalur teknis dalam beberapa tahun terakhir.
"AI memiliki pengaruh besar di dalam industri termasuk pemrosesan bahasa alami (natural language processing) dan visi mesin," kata Zhao.
Penerapan LLM untuk tujuan umum di China sedang meluas dari sektor perkantoran dan hiburan ke bidang-bidang seperti perawatan kesehatan, sektor industri, dan pendidikan, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh ISTIC. Laporan itu juga menyatakan bahwa saat ini, ada 14 daerah setingkat provinsi di China sedang mengerjakan pengembangan LLM, termasuk 38 pengembangan di antaranya dilakukan di Beijing dan 20 lainnya di Provinsi Guangdong, China selatan.
"Kami mengumpulkan sumber daya inovasi AI untuk melakukan penelitian pada algoritma dan teknologi utama LLM," ujarnya.
Menurut sebuah rencana yang baru-baru ini dirilis oleh Beijing untuk mendorong inovasi dan pengembangan AI, skala industri inti AI di kota itu diperkirakan akan mencapai 300 miliar yuan (1 yuan = Rp2.083) pada 2025.
Shanghai telah merilis serangkaian kebijakan untuk mendukung partisipasi perusahaan swasta dalam pembangunan infrastruktur AI seperti data dan daya komputasi. Distrik Xuhui di Shanghai secara aktif membina dan memperkenalkan sejumlah tim penelitian dalam membangun sebuah pusat (highland) klaster ekologi dan aplikasi inovatif LLM.
Shenzhen di Provinsi Guangdong, China selatan, juga mengusulkan untuk mengintegrasikan sumber daya pendanaan di bidang AI dengan skala mencapai 100 miliar yuan guna menopang pasokan klaster daya komputasi cerdas, kemampuan inovasi beragam teknologi dan produk inti utama, serta tingkat aglomerasi industri.
"China telah menjadi pasar aplikasi AI terbesar di dunia, namun masih tertinggal dalam hal teknologi dasar dan talenta," ujar Dai Qionghai, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi di Universitas Tsinghua.
Dai menyerukan penguatan pembinaan talenta dan penelitian dasar di bidang AI, serta menggenjot inovasi orisinal. Universitas, lembaga penelitian ilmiah, dan perusahaan terlibat dalam pengembangan LLM, namun penelitian dan pengembangan bersama antara akademisi dan industri masih belum memadai, demikian menurut laporan ISTIC.
Zhao mengatakan pemerintah China dan swasta harus mendorong pengembangan berbasis skenario dan membangun model-model terspesialisasi di bidang keuangan, perawatan medis, tenaga listrik, dan bidang-bidang lainnya guna mencapai terobosan aplikasi berkualitas tinggi.
"Skenario dan data aplikasi tersebut dapat membantu meningkatkan teknologi LLM," ucap imbuh Zhao.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR