Pemanfaatan digitalisasi di industri manufaktur (Industri 4.0) disebut akan memegang peranan penting bagi Industri manufaktur Indonesia. Studi McKinsey memprediksi, digitalisasi di industri manufaktur dapat meningkatkan output ekonomi Indonesia sebesar US$34 miliar di tahun 2025 nanti. Pemerintah Indonesia pun meyakini, digitalisasi akan meningkatkan produktivitas industri manufaktur sekitar 6-9%.
Akan tetapi, banyak tantangan yang harus dihadapi pelaku industri manufaktur Indonesia dalam melakukan digitalisasi. Faktor biaya, skills, dan change management menjadi hambatan utama dalam mendorong digitalisasi di industri manufaktur Indonesia.
Lalu, bagaimana menjawab tantangan tersebut? Hal inilah yang dibahas pada InfoKomputer Tech Gathering yang berlangsung 15 Juni 2023 lalu. Dengan tema Mengakselerasi Inovasi di Era Industri 4.0, acara ini menyorot bagaimana digitalisasi bisa meningkatkan daya saing industri manufaktur, dan bagaimana menjawab tantangan yang muncul.
Acara ini sendiri didukung oleh Lark, platform kolaborasi kelas enterprise milik ByteDance. Lark sendiri telah banyak membantu perusahaan dunia dalam berkomunikasi dan berkolaborasi; satu aspek penting dalam mendorong inovasi di sebuah organisasi.
Potensi Industri 4.0 di Manufaktur
Salah satu perusahaan Indonesia yang telah aktif memanfaatkan teknologi Industri 4.0 adalah Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). “Di TMMIN, kami meyakini Industri 4.0 adalah peluang yang harus kami gunakan untuk meningkatkan daya saing,” jelas Sixninthson Ulrich, Division Head of IT PT TMMIN.
Ada tiga area utama yang menjadi fokus digitalisasi di TMMIN, yaitu maintenance, quality control, dan logistik. Di area maintenance, digitalisasi digunakan untuk melakukan preventive maintenance. Data dari setiap mesin produksi TMMIN dianalisis sehingga dapat diprediksi kapan sebuah mesin memerlukan perawatan. Cara ini terbukti efektif dalam menurunkan angka long term repair (LTR) yang menjadi momok perusahaan manufaktur.
Sedangkan di sisi quality control, digitalisasi dimanfaatkan melalui inspeksi kamera berbasis Artificial Intelligence. Kamera digunakan untuk melakukan inspeksi bagian mobil yang selama ini dilakukan secara manual (confirmed by eye). Transisi dari manual menjadi digital ini menjadi penting untuk meningkatkan kualitas mobil sekaligus kenyamanan bekerja. “Karena jika dilakukan secara manual, pekerjaan ini melelahkan dan melibatkan area-area yang sulit dilihat,” ungkap Six.
Perusahaan Indonesia lain yang juga aktif memanfaatkan digitalisasi adalah Sukanda Djaya Diamond Group. Seperti diungkap Joanito Iwan (IT Director Sukanda Djaya Diamond Group), perusahaan manufaktur di bidang F&B ini aktif menggunakan digitalisasi untuk meningkatkan daya saing. “Karena teknologi harus memberikan inovasi yang membuat kita stay ahead in the competition,” ungkap Joanito Iwan.
Joanito menyebut, Industri 4.0 pada intinya adalah menggabungkan teknologi IT (Information Technology) dan OT (Operation Technology). Di Diamond Group, konvergensi ini mencakup software, data, dan device yang berujung pada peningkatan kecepatan dan efisiensi proses produksi.
Contohnya adalah bagaimana order yang diterima software ERP secara otomatis langsung dikirim ke mesin produksi dan distribusi. Karena telah terkonvergensi, data order tersebut dapat dipahami mesin produksi, yang kemudian memproduksi produk sesuai orderan. Data ini juga dapat dipahami mesin label, yang kemudian mencetak barcode untuk identifikasi barang, termasuk informasi expired date.
Label ini kemudian dibaca mesin pemindai (Sort Asset Manager), yang kemudian secara otomatis dapat menempatkan produk di warehouse. Ketika barang siap dikirim, label ini pun menjadi acuan tim logistik dalam proses pengiriman maupun pelacakan.
Ketika semua berlangsung secara otomatis dan terintegrasi, proses produksi pun semakin efisien.
Pentingnya Peran People
Meski sering dikaitkan dengan teknologi, Industri 4.0 sebenarnya juga memiliki satu aspek penting, yaitu People atau SDM. Agar inovasi Industri 4.0 berhasil, keterlibatan seluruh karyawan mutlak dibutuhkan. “Kita bisa saja memperkenalkan teknologi terbaru untuk mendorong inovasi. Namun jika People-nya tidak siap, inovasi hanya menjadi pilot trap,” ungkap Six.
Hal yang sama diungkap Joanito Iwan. “Dunia IT dan OT itu kan berbeda. Standarnya berbeda, teknologinya berbeda, orangnya pun berbeda,” ungkap Iwan. Karena itu, komunikasi dan kolaborasi yang baik antara tim IT dan OT menjadi krusial dalam transformasi digital di Diamond Group.
Untuk memudahkan komunikasi ini, Diamond Group pun memanfaatkan Lark. Saat ini, Lark menjadi media komunikasi dan kolaborasi utama seluruh karyawan di Diamond Group. “Karena kami membutuhkan komunikasi yang terstruktur, yang tidak mungkin dilakukan jika menggunakan email atau instant messaging biasa,” tambah Iwan. Selain itu, Diamond Group juga menggunakan Lark untuk project management dari setiap inovasi yang tengah berlangsung (info lebih lengkap bisa dilihat di sini).
Menurut Agus Salim (Regional Sales Lark), Lark memang diposisikan sebagai super apps untuk komunikasi dan kolaborasi perusahaan. “Lark dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dari sisi komunikasi, kolaborasi, maupun workflow,” ujar Agus Salim (Regional Sales Lark).
Sebagai super apps, Lark memang memiliki banyak fitur yang mendukung kinerja sebuah organisasi. Mulai dari fitur untuk berkomunikasi (seperti instant messenger dan video meeting), document sharing, sampai proses persetujuan (approval). Karena menyatu dalam satu aplikasi, perusahaan pun memiliki single truth of data dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
Lark pun dengan mudah dapat diintegrasikan dengan aplikasi menggunakan teknologi API. “Dengan menggunakan API, Lark bisa dengan mudah diintegrasikan dengan aplikasi dan data yang digunakan selama ini,” ungkap Agus. Selain itu, Lark juga bisa digunakan untuk membuat aplikasi mini seperti form kehadiran, form permintaan, dan masih banyak lagi.
Ketika komunikasi berjalan mulus, data terintegrasi, dan rencana kerja tersusun rapi, inovasi pun menjadi lebih mudah bergulir. “Lark dapat membantu perusahaan memasuki era Industri 4.0 dengan meningkatkan efektivitas kerja di dalam organisasi,” tambah Agus.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR