Oleh karena itu, strategi IT yang berkelanjutan dengan dukungan kerangka kerja monitoring yang komprehensif harus memiliki andil dari operasional bisnis.
Hal ini akan memastikan ketersediaan sumber bahan untuk proses produksi dan semua komponen lain dari bisnis yang berkelanjutan, agar nantinya dapat diintegrasikan dengan strategi transformasi digital yang menyeluruh.
Dengan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan tumbuh hingga 4.8% pada tahun 2023 dan 5% pada tahun 2024 sejumlah bisnis yang berfokus pada transformasi digital, upaya keberlanjutan, serta peningkatan produktivitas dan efisiensi sebagai area prioritas utama lebih siap dalam menghadapi perlambatan ekonomi global
“Banyak perusahaan melihat upaya keberlanjutan dan profitabilitas sebagai hal yang kontradiktif. Namun, jika kita mengukurnya dengan benar, kombinasi keduanya dapat menghasilkan efisiensi biaya dan keunggulan kompetitif. Sangat penting untuk membangun strategi IT yang kuat, strategi transformasi digital dan mengembangkan kerangka kerja keberlanjutan yang semuanya terintegrasi dengan kerangka kerja monitoring IT secara komprehensif,” ujar Felix Berndt, Regional Sales Manager, Asia Pacific, Paessler.
“Menjembatani kesenjangan antara transformasi digital dan upaya keberlanjutan untuk membuat keputusan berbasis data dapat menghasilkan optimalisasi sumber daya dan menghadirkan manfaat ekonomi bagi bisnis,” tambah Felix.
Di wilayah ASEAN, Indonesia tertinggal dari negara lain dalam upaya keberlanjutan. Menurut salah satu pembuat keputusan di bisnis manufaktur garmen besar di Indonesia, “Keberlanjutan tidak boleh mengorbankan pengalaman konsumen atau keuntungan perusahaan. Hal tersebut merupakan metrik perusahaan yang baik dan dijamin oleh investor dan regulator industri. Sayangnya, pada saat kondisi ekonomi mengalami penurunan, metrik keberlanjutan menjadi kurang diperhatikan.”
Praktik keberlanjutan dan upaya Transformasi Digital Tidak Sejalan
Meskipun keberlanjutan merupakan salah satu dari 3 prioritas bisnis utama untuk tiga tahun ke depan, keberlanjutan bahkan tidak termasuk sebagai salah satu dari 5 tantangan teratas bagi bisnis di sejumlah negara dan sektor.
Sebaliknya, tantangan seperti meningkatnya persaingan, transformasi digital, mendorong pertumbuhan (top line), meningkatkan profitabilitas (bottom line), dan manajemen SDM dipandang sebagai lima tantangan teratas oleh bisnis.
Tiga pendorong utama untuk mengadopsi kerangka kerja keberlanjutan adalah reputasi (45%), mengikuti standar operasional industri (36%), dan mematuhi kerangka regulasi (24%).
Vertikal bisnis teknologi, telekomunikasi, dan pusat data (82%) dinilai sebagai tiga jenis vertikal bisnis yang telah memiliki strategi IT yang sudah berjalan, diikuti oleh bisnis manufaktur (79%), dan layanan penting/sektor publik (66%).
Di saat sektor publik tertinggal dalam hal ini, 31% mengatakan bahwa mereka akan memulai perjalanan strategi IT yang berkelanjutan di tahun depan.
Transformasi digital dapat memungkinkan adanya keberlanjutan dengan membantu bisnis-bisnis menjadi lebih efisien, mengurangi dampak terhadap lingkungan, dan membantu mereka mencapai tujuan keberlanjutan.
Dengan memanfaatkan teknologi digital yang tepat dapat membantu memantau dan mengoptimalkan penggunaan energi, mengurangi limbah, dan menyederhanakan sistem rantai pasok.
“Pengetahuan atas pentingnya strategi IT yang berkelanjutan dapat ditingkatkan jika didukung oleh sistem monitoring IT yang efektif,” pungkas Felix.
Baca Juga: Mengungkap Kunci Sukses Transformasi Digital di Industri Manufaktur
Baca Juga: Paessler Bermitra dengan PATLITE untuk Percepat Transformasi Digital dalam OT
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR