International Business Machines (IBM) akan menggunakan chip AI (Augmented Intelligence) buatannya sendiri untuk mengurangi biaya pengoperasian sistem penyimpanan cloud. General Manager IBM Semiconductors Mukesh Khare mengatakan IBM sedang mempertimbangkan menggunakan chip Artificial Intelligence Unit yang nantinya akan masuk ke dalam layanan cloud watsonx terbaru.
"Salah satu tantangan IBM mengembangkan AI adalah biayanya yang mahal. Penggunaan chip produksi sendiri dapat menurunkan biaya layanan cloud dan sangat menghemat energi," katanya seperti dikutip Reuters.
IBM mengembangkan sebuah sistem AI
Watsonx yang akan menjadi sebuah tempat kerja tunggal untuk membangun dan menyempurnakan pelajaran, sehingga ke depannya AI ini dapat menyaingi ChatGPT
IBM berharap watsonx dapat bermanfaat untuk perkembangan generatif AI yang dapat menunjang aktivitas dalam hal penulisan teks seperti layaknya manusia.
Sebelumnya, IBM telah mengembangkan sebuah Kecerdasan Buatan yang dinamakan Watson, namun sistem tersebut gagal untuk mendapatkan tempat di masyarakat.
Chip AI buatan IBM akan dikerjakan pada Oktober mendatang, namun mereka tidak mengungkapkan pabrik pembuatan chip tersebut. Diketahui, chip yang akan digunakan untuk pembuatan AI watsonx ternyata diproduksi oleh Samsung Electronic. Hal tersebut diungkapkan oleh Khare, karena IBM telah menjalin kerja sama dengan perusahaan elektronik asal Korea Selatan tersebut.
Harus Bertanggung Jawab
Kinerja organisasi dapat di akselerasi dengan mentransformasi tindakan yang bertanggung jawab melalui teknologi. Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) adalah bagian dari cara para pemimpin bisnis untuk meningkatkan penggunaan alat bantu yang diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi organisasi.
Menurut studi AI yang dilakukan oleh Kearney (perusahaan konsultan) - EDBI (perusahaan investasi yang berbasis di Singapura), Indonesia, seperti halnya negara tetangga di ASEAN lainnya, masih berada di tahap awal untuk adopsi AI. Meskipun kehadirannya masih baru berkembang, berdasarkan analisis Kearney, AI diperkirakan akan memberikan peningkatan sebesar 12% pada PDB Indonesia di tahun 2030.
Berlawanan dengan keuntungan yang telah diprediksi, muncul pula berita yang beredar tentang AI yang tidak adil, tidak dapat dijelaskan, dan/atau bias. Salah satu kasus penyalahgunaan AI yang terjadi di Indonesia adalah ketika terjadi kesalahan pengenalan wajah pada Abdul Manaf yang dicap sebagai tersangka pemukulan aktivis politik pada demonstrasi 11 April 2022, di mana pada faktanya ia tidak ada di tempat tersebut. Insiden-insiden yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip etika inilah yang menjadi alasan mengapa AI yang bertanggung jawab membutuhkan Tata Kelola AI.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045 yang mencakup peraturan tentang AI, bidang usaha, pertanggungjawaban atas konsekuensi dari tindakan yang tidak disengaja, dan kode etik yang dibuat secara sukarela. Namun, strategi ini belum diturunkan menjadi aturan pelaksana. AI yang digunakan organisasi di Indonesia harus mengikuti regulasi yang ada agar tidak menerima dampak yang buruk.
"Otomatisasi dengan penggunaan AI dalam sebuah organisasi tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Organisasi tentu tidak ingin menanggung konsekuensi buruk dari sebuah model yang menghasilkan hasil analisis yang tidak dapat dijelaskan yang kemudian akan dipertanyakan oleh berbagai pihak dari manajemen, pemangku kepentingan, pemegang saham, atau bahkan para pelanggan." ujar Cin Cin Go, Technology and Country Leader, IBM Indonesia.
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR