Mengidentifikasi berbagai entitas rantai pasokan serta memahami peran dan tanggung jawab masing-masing.
Mengkaji lanskap ancaman siber untuk memahami potensi risiko/kerentanan dan memahami pentingnya fungsi masing-masing entitas tersebut.
Menerapkan berbagai upaya seperti kontrol akses, enkripsi, segmentasi jaringan, dan sistem deteksi penyusupan untuk melindungi data dan sistem.
Menerapkan kebijakan Zero Trust dalam keamanan rantai pasokan dapat menjadi pendekatan yang efektif sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan risiko serangan terhadap rantai pasokan.
Menetapkan prosedur pengelolaan pemasok secara transparan untuk memastikan bahwa kebutuhan akan sistem keamanan tersampaikan dan terpantau dengan baik di seluruh rantai pasokan.
Melakukan audit dan penilaian rutin untuk mengidentifikasi dan memitigasi kerentanan yang mungkin terjadi.
Melakukan kerja sama dengan mitra dan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan pengamanan siber di seluruh rantai pasokan.
Dengan mengadopsi berbagai upaya dan langkah-langkah proaktif yang terbaik, organisasi dapat memperkuat keamanan siber rantai pasokan mereka serta mengurangi risiko serangan siber dan pembobolan data.
Organisasi perlu memiliki solusi yang komprehensif untuk memvisualisasikan komponen dan struktur rantai pasokan, serta mengamankan aplikasi, komponen infrastruktur, dan alur pengembangan.
"Sistem arsitektur berbasis Zero Trust dapat membantu mencegah serangan rantai pasokan dengan memastikan hanya pihak yang berwenang yang dapat mengakses aset-aset penting. Pendekatan ini meminimalisir risiko akses yang tidak berotoritas, pembobolan data, dan serangan malware,” tutur Alex.
“Terlebih lagi, sangatlah penting untuk terus memantau dan mengevaluasi struktur keamanan rantai pasokan agar dapat beradaptasi dengan ancaman yang muncul dan menjaga strategi pertahanan siber yang kuat," tambahnya.
KOMENTAR