Transformasi digital di berbagai sektor industri terus melaju pesat pasca pandemi Covid-19. Dikutip dari riset Google, Temasek, dan Bain Company pada 2022, perkembangan transformasi digital ini berhasil mencetak angka pertumbuhan hingga 20 persen atau senilai 77 miliar dollar Amerika Serikat (AS) secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Diperkirakan, angka tersebut akan naik menjadi 130 miliar dollar AS pada 2024 dan terus menanjak hingga mencapai 360 miliar dollar AS pada 2030.
Di Indonesia, sejumlah institusi perbankan juga terus mendorong transformasi digital untuk mengakomodasi kebutuhan para nasabah.
Hal ini dibuktikan dalam laporan Bank Indonesia (BI) yang mencatat kenaikan nilai transaksi perbankan digital senilai Rp 13.827 triliun pada Juni 2023 dengan pertumbuhan sebesar 11,6 persen yoy.
Berkomentar mengenai hal tersebut, Managing Director Hewlett Packard Enterprise Indonesia Michael Thiotrisno mengatakan bahwa ada beragam metode transformasi digital yang kerap dilakukan industri perbankan, mulai dari otomasi, pengembangan aplikasi, hingga memanfaatkan komputasi awan (cloud).
“Cukup banyak bank yang masif menggunakan sejumlah teknologi terbarukan dalam operasional mereka. Kami juga melihat banyak pertumbuhan public cloud serta generatif artificial intelligence (AI) di industri finansial,” ungkap Michael dikutip dari pemberitaan Bisnis Indonesia, Rabu (26/7/2023).
Baca Juga: HP 935 Creator Wireless Mouse: Kerja Lebih Nyaman dan Praktis
Meski begitu, Michael mengingatkan agar industri perbankan tidak terlena dengan dukungan teknologi yang ada. Pasalnya, teknologi terkini juga tetap rentan terhadap berbagai ancaman. Salah satunya, serangan siber.
Berdasarkan data Checkpoint Research 2022, sektor jasa keuangan, termasuk perbankan mendapatkan 1.131 kali serangan siber setiap pekannya.
Data International Monetary Fund (IMF) pada 2020 juga menyebutkan bahwa serangan siber di sektor keuangan dan perbankan mampu menyumbang kerugian hingga 100 miliar dollar AS secara global per tahunnya.
“Ditambah, banyak terjadi penipuan atau social engineering yang dilakukan dengan mengelabui nasabah perbankan,” ujarnya.
Sebagai rekomendasi, Michael menyarankan agar sektor perbankan mulai memperbesar kucuran belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk berinvestasi di bidang informasi dan teknologi (IT) guna menekan potensi serangan siber.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR