Virtus Showcase 2023 (VSC 2023) kembali digelar PT. Virtus Technology Indonesia (Virtus) di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Semarang, Surabaya, dan Jakarta dengan menyoroti tema cyber resilience atau ketahanan siber.
Tema tersebut dipilih setelah Virtus melihat perkembangan lanskap keamanan saat ini. Menurut Christian Atmadjaja, Direktur Virtus, akselerasi digitalisasi yang terjadi akibat COVID-19 dan maraknya adopsi cloud computing menghadirkan kompleksitas yang cukup besar dan meningkatkan keterhubungan di area IT security.
Oleh karena itu, menurut Christian, diperlukan sebuah framework yang mengawal proses security dari awal hingga akhir sehingga menciptakan tidak hanya keamanan tapi juga ketahanan terhadap serangan siber.
Khususnya di Jakarta, VSC 2023 mengangkat tema Building Business Resilience Against Data Breaches and Threat Posed by Digital Privacy Act. Tema tersebut dipilih, menurut Christian Atmadja, terkait pemberlakuan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) secara penuh tahun depan setelah masa transisi yang diberikan pemerintah selama 2 tahun sejak regulasi disahkan pada 20 September 2022.
“Memastikan keamanan data perusahaan dapat diwujudkan dengan melakukan serangkaian proses investigasi untuk menyelidiki penyebab kebocoran, serta langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi risiko, dimana itu merupakan kerangka kerja dalam ketahanan siber yang menjadi pembasahan utama di acara Virtus Showcase 2023. Sebagai penyedia solusi infrastruktur IT dan digital kami juga ingin memberikan update terkait berbagai tren keamanan siber serta inovasi terkini termasuk mengingatkan regulasi UU PDP setahun lagi akan berlaku secara penuh, dimana perusahaan harus siap dengan segala konsekuensi jika tidak bisa memenuhi kepatuhan terhadap regulasi tersebut, khususnya terkait kebocoran data,” paparnya.
Sementara itu, William Buyung, Country Manager VMware untuk Indonesia melihat perlunya memerhatikan ketahanan siber ini karena beberapa hal. Pertama, pertumbuhan ekonomi digital di tanah air yang saat ini mencapai 8% dari PDB, dan diproyeksikan tumbuh dua kali lipat pada tahun 2027.
Ditambah lagi dengan kehadiran teknologi-teknologi baru, seperti artificial intelligence, machine learning, dan cloud computing. “Teknologi-teknologi ini menjadi hal yang sangat hype di Indonesia,” ujarnya.
Namun di sisi lain, jelas William Buyung, investasi kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk keamanan informasi relatif rendah. Ia menjelaskan bahwa menurut data tahun 2019, spending atau pengeluaran negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk keamanan informasi sebesar 0,06% dari PDB. “Sementara rata-rata di global adalah di sekitar angka 0,13%. Berarti spending kita hanya setengah dari standar global,” tandas William.
“Cyber resiliency adalah kunci dalam menghadapi dinamika ancaman siber yang semakin intens,” tegas Faisal Yahya, Cyber Security Strategist. Dalam keynote speech-nya, Faisal membagikan langkah-langkah untuk membangun ketahanan siber atau cyber resilience.
Menurut Faisal Yahya, di era digital ini, organisasi dan perusahaan perlu memahami dan menilai pentingnya data, sistem, dan infrastruktur yang memerlukan perlindungan.
“Dengan menerapkan manajemen risiko yang terpadu serta langkah keamanan seperti enkripsi dan kontrol akses, kita dapat memastikan perlindungan data yang holistik. Lebih dari itu, persiapan dan kelangsungan bisnis, terutama dengan adanya incident response plan, menjamin operasional tetap konsisten meski terjadi insiden siber. Ini juga merupakan bagian penting dari cyber resiliency. Terakhir, komunikasi mengenai strategi pertahanan siber kepada stakeholder serta memastikan kesesuaian dengan regulasi privasi data yang berlaku, bukan hanya meningkatkan kepercayaan, tetapi juga menegaskan betapa pentingnya privasi data. Sehingga saya bisa simpulkan, bahwa cyber resilience dan data privacy adalah dua pilar yang memastikan keamanan dan keberlanjutan di era digital,” paparnya panjang lebar.
“Penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan solusi disaster recovery atau cadangan data, termasuk mengantisipasi berbagai serangan seperti ransomware dan mampu mengurangi risiko unik yang ditimbulkannya. Dalam Virtus Showcase 2023, kami bisa memberikan masukkan untuk para pelaku mengembangkan alur kerja pemulihan yang memungkinkan bisnis untuk dengan cepat mengidentifikasi titik pemulihan sehingga mereka dapat segera kembali beroperasi,” William Buyung memberikan saran.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR