Selain keandalan sistem, area lain yang menjadi fokus GovTech Edu saat ini adalah efisiensi. Maksudnya, bagaimana sistem yang andal tersebut juga optimal dari sisi biaya.
Untuk mencapai hal tersebut, hal mendasar yang dilakukan GovTech Edu adalah meningkatkan observability dari penggunaan resources. “Saat ini kami memiliki capacity monitor ranking yang sudah teratribusi ke setiap tribe atau business unit,” jelas Ibam. Dari pemeringkatan yang terjadi secara otomatis ini ini, proses identifikasi terhadap inefisiensi pun lebih mudah dilakukan.
Setelah itu, Ibam juga mendedikasikan dua engineer untuk menelisik secara mendalam komponen atau aplikasi yang kurang efisien dan membutuhkan resources besar. Proses tata ulang pun dilakukan, seperti menurunkan kapasitas database instances yang secara data memiliki cost yang tinggi.
Usaha menurunkan kapasitas database ini menimbulkan efek berantai. “Ternyata ketika kapasitas database diturunkan, application server tidak perlu sebanyak itu dan bisa dikurangi,” jelas Ibam. Proses iterasi pun dilakukan terus-menerus, sehingga didapat penurunan yang signifikan. “Kami bisa mengurangi cost penggunaan cloud sampai 50%,” ungkap Ibam.
Semua usaha di atas adalah komitmen GovTech Edu untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi ekosistem pendidikan Indonesia. “Contohnya dengan Merdeka Mengajar, guru di pelosok Indonesia bisa terekspos praktik baik yang dilakukan guru di kota besar,” ungkap Ibam. Begitu pula Rapor Pendidikan yang membantu pengurus sekolah mendapat gambaran berbasis data seputar keunggulan maupun kelemahan mereka dalam proses belajar-mengajar.
“Dengan teknologi digital, kami berharap bisa menjawab scalability yang selama ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,” tambah Ibam.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR