Menjelang tahun 2024, Cloudera mengingatkan berbagai organisasi dan perusahaan untuk memiliki kemampuan antifragile alias antirapuh. Apa saja?
“Antifragility” menurut penulis Nassim Nicholas Taleb adalah kemampuan untuk bertahan, berevolusi dan berkembang di lingkungan yang tidak pasti atau kacau. Hal inilah yang dilihat Cloudera sedang terjadi, yaitu saat perekonomian global mengalami berbagai pergolakan besar, seperti peningkatan inflasi, naiknya suku bunga dan harga minyak yang tidak stabil. Dann saat ini, menurut Remus Lim, Vice President APAC & Jepang, Cloudera, “angin kencang” sedang berhembus ke arah Asia Pasifik (APAC). “Oleh karena itu para pemimpin bisnis APAC harus berfokus pada resiliensi dan manajemen risiko,” ujarnya.
Remus mengatakan, belajar dari hal-hal yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, perusahaan-perusahaan harus menjadi antifragile. Untuk menjadi antirapuh, Cloudera melihat ada beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi, termasuk memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI).
Penghematan Biaya dan Efisiensi Operasional
Di tengah keresahan terkait dengan prediksi ekonomi pada tahun depan, pasar transformasi digital diharapkan akan menembus US$4.617,78 miliar sampai tahun 2030. Angka ini mengindikasikan bahwa meskipun bisnis akan terus berinvestasi di transformasi digital, tantangan ekonomi mungkin akan membuat organisasi semakin meningkatkan inisiatif yang mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan sumber daya yang ada.
Menanggapi tren ini, Cloudera menyarankan perusahaan untuk melihat hal-hal di luar pekonomian yang bergejolak ini untuk mencegah keputusan-keputusan bisnis dengan pandangan sempit.
“Mengadopsi strategi bisnis jangka panjang mengharuskan berbagai perusahaan untuk mendedikasikan sumber daya untuk infrastruktur dan keahlian. Dengan mempersiapkan teknologi, manusia dan prosesnya untuk masa depan, sebuah organisasi bisa dengan mudah bertumpu pada inovasi, untuk menjadi antifragile di masa ekonomi baik dan buruk,” ujar Remus Lim.
Salah satu pengguna teknologi Cloudera yang berhasil meningkatkan kinerja dan efisiensi biaya secara keseluruhn adalah Telkomsel.
“Mengingat besarnya jumlah aliran data yang masuk dan pertumbuhan besaran data yang masif, Telkomsel memutuskan untuk beralih dari solusi lama yang bersifat proprietary ke Cloudera Flow Management dan Cloudera Stream Analytics yang dibangun dengan kerangka arsitektur yang bersifat terbuka untuk pengumpulan dan pemrosesan data,” jelas Tina Lusiana, VP IT Business Intelligence and Analytics, Telkomsel.
Menurut Tina, hal ini berdampak cukup besar bagi bisnis terutama dalam hal beradaptasi dengan lebih cepat terhadap berbagai kebutuhan baru serta proses waktu yang lebih singkat dengan menggunakan teknologi dari Cloudera.
Monetisasi Data untuk Antifragility
Remus Lim memprediksi, semakin banyak perusahaan yang mulai memperlakukan data sebagai komoditas yang bisa dimonetisasi untuk aliran pendapatan baru dan untuk mendorong inovasi lebih dari sekedar penghematan biaya.
Menurutnya, monetisasi data jangan hanya dilihat sebagai langkah yang memberikan dampak langsung pada pendapatan, tapi juga cara pemanfaatan data untuk mendorong pengambilan keputusan bisnis yang penting dan untuk meraih inovasi.
Untuk ini, Cloudera menyarankan perusahaan-perusahaan untuk memastikan integritas data, yaitu akurat, lengkap dan konsisten. Salah satu caranya adalah memperhatikan data lineage (asal usul data), yaitu asal usul data, perubahan dan tujuan akhirnya dalam siklus hidup data tersebut.
Selain itu, di saat semakin banyak organisasi menyimpan data di on-premise dan di cloud, Cloudera menyoroti manfaat platform manajemen data dengan arsitektur modern yang dapat mempercepat waktu untuk mendapatkan insight dan menyediakan akses ke data dan analitik di semua lini bisnis.
Mengoperasionalkan AI
Remus Lim mengatakan, AI dapat digunakan untuk mendorong penghematan biaya dan efisiensi operasional dengan mengotomatisasikan tugas-tugas yang berulang, membosankan dan memakan waktu.
“Namun AI juga bisa digunakan untuk membuka peluang inovasi dan pendekatan kreatif terhadap tantangan bisnis. Platform AI tidak bekerja sendiri – seluruh arsitektur data bisnis tersebut harus diintegrasikan untuk memberikan akses cepat dan mudah ke data yang tersedia. Kualitas model AI/ML sama dengan data yang diberikan kepada mereka - ini membutuhkan keamanan yang konsisten dan kontrol tata kelola di seluruh organisasi,” tuturnya.
Untuk itu, ia menyarankan perusahaan-perusahaan yang ingin memanfaatkan model AI/ML harus memastikan bahwa mereka menjalankan strategi AI/ML dan platform data yang benar, termasuk rangkaian teknologi keamanan dan tata kelola yang terintegrasi, serta bisa menyediakan konteks data yang konsisten di seluruh organisasi tersebut, terlepas di mana data tersebut disimpan. Platform seperti ini memungkinkan berbagai organisasi untuk memiliki visibilitas dan kendali penuh atas data mereka di mana pun lokasinya.
Resiliensi Tanpa Korbankan Inovasi
Saat organisasi bersiap menghadapi masa depan ekonomi yang tidak pasti, mereka harus menjaga langkah-langkah tersebut tidak mengorbankan inovasi atau pertumbuhan. Misalnya, untuk sukses meraih manfaat AI, dibutuhkan strategi AI yang hati-hati dan penuh pertimbangan.
“Ketergesaan untuk menjalankan AI harus sejalan dengan strategi bisnis organisasi, alih-alih langsung ikut-ikutan saja. Kemungkinan besar sebuah organisasi tidak akan mendapatkan banyak keuntungan jika hanya menggelar satu kasus penggunaan AI secara sembarangan dan berbeda,” kata Remus Lim.
Cloudera juga mengingatkan perusahaan-perusahaan untuk berkomitmen dalam membangun fondasi AI yang kuat secepatnya. “Sangat penting bagi satu organisasi untuk memastikan bahwa teknologi, manusia dan prosesnya saling mendukung dan bekerja secara selaras,” imbuh Remus. Melakukan hal ini memungkinkan berbagai organisasi untuk membangun dan melatih penerapan AI-nya pada data yang tepercaya, mendorong inovasi dan pertumbuhan bahkan di waktu yang tidak pasti.
Sementara itu, bagi OCBC Indonesia, penerapan teknologi data modern dan meluncurkan proyek-proyek AI generatif merupakan salah satu tonggak penting bagi perusahaan untuk tetap menjadi yang terdepan di industri. OCBC Indonesia juga percaya bahwa mengadopsi teknologi akan memberikan nilai tambah bagi pengalaman nasabah sebagai tujuan strategis.
Baca juga: Gandeng Pinecone, Cloudera Permudah Pembuatan Aplikasi AI Generatif
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR