Perusahaan Konglomerasi Malaysia YTL menggandeng perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS) Nvidia untuk mengembangkan infrastruktur artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan senilai 4,3 miliar dolar AS atau Rp66,96 triliun di Malaysia. Fase pertama proyek ini dijadwalkan akan beroperasi pada pertengahan 2024, seperti yang diumumkan oleh YTL Power International dalam pernyataan pada Jumat, 8 Desember.
Nvidia dan YTL sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk bekerja sama dalam pengembangan infrastruktur kecerdasan buatan, termasuk superkomputer dan komputasi awan. Proyek ini akan dihosting di data center negara bagian Johor.
Kesepakatan ini mencakup kolaborasi dalam membangun superkomputer tercepat di Malaysia dengan menggunakan chip kecerdasan buatan Nvidia. YTL Power International juga berencana menggunakan platform komputasi awan kecerdasan buatan Nvidia untuk membangun model bahasa besar dalam bahasa Melayu.
Pengumuman tersebut memastikan bahwa proyek ini akan dilaksanakan di taman pusat data YTL di Kulai, Johor. Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan ekosistem kecerdasan buatan yang pesat di Asia Tenggara, sejalan dengan ambisi Malaysia sebagai kekuatan manufaktur semikonduktor. Malaysia telah menarik investasi multi-miliar dolar dari pemain global semikonduktor, termasuk Intel dan Infineon, dalam beberapa tahun terakhir.
"Malaysia merupakan hub penting untuk infrastruktur komputasi di Asia Tenggara, dan YTL diharapkan dapat berperan signifikan dalam hal tersebut," kata CEO Nvidia, Jensen Huang.
Meskipun tidak secara langsung mengkonfirmasi kesepakatan, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengumumkan di platform media sosial X bahwa kolaborasi antara Nvidia dan YTL melibatkan investasi senilai 20 miliar ringgit (Rp66,96 triliun).
"Kerjasama ini membuktikan investor asing, terutama perusahaan teknologi besar, terus memandang Malaysia sebagai destinasi utama di kawasan ini," katanya.
Singapura Borong Chip AI NVIDIA
Singapura memuncaki daftar pemborong chip GPU NVIDIA AI Terbanyak di dunia, mengalahkan China dan Amerika Serikat (AS) sekaligus memanaskan persaingan sengit teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Laporan keuangan Nvidia mencatat bahwa sekitar 15 persen dari pendapatan kuartal III/2023 sebesar US$ 2,7 miliar berasal dari Singapura, mencapai pertumbuhan tiga kali lipat atau 404,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Faktor-faktor seperti keberadaan data center, layanan cloud, dan impor chip GPU untuk manufaktur di Singapura menjelaskan lonjakan signifikan ini. Kontribusi Singapura hampir menyamai pasar besar seperti Taiwan dan China, menandakan peran utama negara tersebut dalam industri chip GPU. Kontribusi Singapura dalam pendapatan Nvidia hanya kalah dari tiga pasar lain yaitu AS (34,7 persen), Taiwan (23,91 persen), dan China plus Hong Kong (22,24 persen).
"Saya pikir karena data center di Singapura. Singapura punya banyak data center dan penyedia layanan cloud," kata Jarick Seet dan Maybank Securities kepada CNBC International.
Selain itu, Seet memperkirakan Singapura juga mengimpor chip GPU sebagai komponen manufaktur. Chip GPU digunakan untuk teknologi kecerdasan buatan, komponen komputer, dan kendaraan bertenaga listrik.
"Buat apa negara kecil memborong chip? Tentunya membangun data center. Karena stabil dan aman, banyak sekali talenta [di Singapura], infrastruktur digital solid, dan kebijakan pemerintah kondusif untuk layanan digital dan data," kata Sang Shin, Pejabat di Temasek dan GIC.
Laporan keterbukaan tersebut juga mengungkapkan bahwa 80 persen dari pendapatan Nvidia pada kuartal III/2023 berasal dari segmen data center. Chip GPU juga digunakan untuk game, desain grafik, dan otomotif. Pada Januari 2022, Singapura mengangkat sementara moratorium penggunaan lahan untuk pembangunan data center yang diberlakukan pada 2019.
Baca Juga: Fitur Microsoft AI Copilot Butuh Subtitle Meringkas Video YouTube
Baca Juga: Meta Hadirkan AI Multimodal ke Kacamata Ray-Ban, Bisa Memproses Data
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR