Xiaomi resmi meluncurkan mobil listrik pertamanya Xiaomi SU7 di China yang akan menantang dominasi Tesla di pasar dunia. CEO Xiaomi Lei Jun mengatakan Xiaomi tidak hanya ikut-ikutan dalam penjualan mobil listrik, tetapi juga bercita-cita menjadi pemimpin dalam industri kendaraan nonemisi dalam beberapa tahun ke depan.
"Visi Xiaomi untuk menjadi salah satu dari lima besar perusahaan mobil di dunia dalam 15 hingga 20 tahun mendatang," ujarnya.
Xiaomi SU7, yang pertama kali diperkenalkan di pasar China, merupakan sedan sporty dengan desain futuristis yang menciptakan kesan perpaduan antara Porsche Taycan Turbo dan Tesla Model 3 dan S. Dengan koefisien drag rendah sebesar 0,195 Cd, Xiaomi SU7 menawarkan aerodinamika tinggi, menjadi salah satu yang terendah di antara mobil listrik yang sudah ada. Dimensinya mencakup panjang 4.997 mm, lebar 1.963 mm, dan tinggi 1.455 mm, dengan sumbu roda sepanjang 3.000 mm dan bagasi berkapasitas 517 liter. Mobil ini hadir dalam dua varian, yakni standar dan Max.
Model varian standar mengusung mesin V6 berpenggerak roda belakang, menghasilkan tenaga maksimum 220 kW dan torsi 400 Nm, memungkinkan akselerasi dari 0 hingga 100 kpj dalam 5,2 detik. Sementara itu, varian Max memiliki mesin berpenggerak semua roda (all-wheel drive) dengan dual-motor, memberikan tenaga 425 kW dan torsi 838 Nm, dengan akselerasi dari 0 hingga 100 kpj hanya dalam 2,7 detik.
Xiaomi SU7 varian standar menggunakan baterai 73,6 kWh dengan jarak tempuh maksimum 668 km, sedangkan varian Max dilengkapi baterai 101 kWh yang mampu mencapai jarak 800 km. Meskipun harga resmi belum diumumkan, petinggi perusahaan menegaskan bahwa mobil ini tidak akan dibanderol kurang dari 140 ribu yuan atau sekitar Rp 300 juta.
Pakai AI
Saat ini teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sudah digunakan di semua industri termasuk otomotif. Baru-baru ini Toyota lewat Toyota Research Institute (TRI) menggunakan teknologi AI dalam mendesain mobil listrik terbarunya yang lebih futuristis dan aerodinamis.
Teknologi AI berperan memberikan solusi teknik untuk membuat proses desain kendaraan lebih efektif dan memungkinkan para desainer Toyota mengintegrasikan kendala teknik sehingga proses pembuatan mobil jauh lebih cepat dan efisien.Tak hanya itu, teknologi AI itu juga mampu mempertimbangkan bentuk dan fungsi selama dalam proses pembuatan desain kendaraan.
Misal, AI mampu menyelesaikan masalah teknis Drag dalam proses pembuatan desain mobil sehingga para desainer mobil Toyota mampu membuat konsep desain kendaraan yang lebih aerodinamis dan irit bahan bakar. Teknologi AI juga memungkinkan desainer Toyota untuk menggunakan petunjuk teks pada sketsa prototipe dan mengoptimalkan metrik kinerja kuantitatif seperti hambatan aerodinamis.
Tentunya, teknologi AI akan mengurangi revisi pada desain mobil baru ketika mempertimbangkan kendala teknik. Toyota optimistis teknologi AI ini akan membantu para perancangnya menghasilkan EV yang memiliki jarak tempuh lebih jauh. Saat ini Toyota hanya menawarkan satu kendaraan listrik sepenuhnya di Indonesia yaitu bZ4X.
Paling Banyak Dicari
Teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memegang peranan penting dalam pengembangan teknologi di masa depan. Saat ini industri tertarik menggunakan teknologi AI sebagai bagian dari solusi perusahaannya karena kehadiran teknologi AI mampu menghadirkan kecepatan dan efisiensi dalam produktivitas.
Situs pencarian kerja asal Amerika Serikat (AS) Indeed mengungkapkan lowongan pekerjaan terkait AI generatif di Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan 20 persen setiap bulannya.
"Semakin banyak perusahaan AS yang ingin merangkul dan memanfaatkan teknologi AI untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya," tulisnya seperti dikutip Gizmochina.
Indeed mengungkapkan saat ini ada 204 pekerjaan terkait teknologi AI generatif untuk setiap jutaan lowongan pekerjaan di AS, naik lebih dari dua kali lipat angka yang tercatat pada 2021. Pertumbuhan itu menandakan perubahan signifikan dalam permintaan akan bakat dengan keahlian dalam AI generatif.
Posisi AI yang paling banyak dicari adalah data scientist yang mencapai 5 persem dari total keseluruhan. Selain itu, posisi seperti software engineer, machine learning engineer, dan data engineer juga sangat dicari oleh perusahaan yang ingin memanfaatkan potensi generatif AI.
Nick Bunker (Direktur Riset Ekonomi di Indeed) mengatakan, "Setelah ledakan global ChatGPT, minat pencari kerja terhadap pekerjaan terkait AI telah meningkat secara signifikan."
Popularitas ChatGPT memicu lonjakan rasa ingin tahu dan minat para pencari kerja untuk mengejar karir di bidang AI. Namun, meskipun minat dari pencari kerja meningkat, Indeed melaporkan bahwa peluang kerja teknologi secara keseluruhan di Amerika Serikat telah menurun sebesar 43,6% dibandingkan Juni tahun sebelumnya.
Peningkatan pesat dalam jumlah pekerjaan AI yang tersedia tidak mengimbangi meningkatnya permintaan dari pencari kerja, menunjukkan potensi kesenjangan keterampilan di pasar. Perusahaan AS menyadari potensi transformatif AI generatif, kebutuhan akan tenaga profesional yang terampil di bidang ini akan terus meningkat.
Baca Juga: Kompetitor OpenAI ChatGPT ini Targetkan 'Cuan' Rp13 Triliun Tahun 2024
Baca Juga: Langgar Hak Cipta, The New York Times Gugat Microsoft dan OpenAI
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR