Peneliti Columbia University menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mengungkapkan bahwa sidik jari manusia tidak bersifat unik. Para peneliti menggunakan teknologi AI untuk menguji 60 ribu contoh sidik jari dan menemukan tingkat akurasi identifikasi sekitar 70-90%. Meskipun kinerja AI belum sepenuhnya dipahami, ada indikasi bahwa metodenya berbeda dari pendekatan forensik konvensional.
"Teknologi AI menggunakan tolok ukur baru, termasuk kelengkungan dan lingkaran pada tengah sidik jari," kata Profesor Lipson (Ahli Robotika di Columbia University) seperti dikutip BBC Internasional.
"Kami sangat skeptis, sehingga kami perlu mengecek berulang-ulang kali," pungkas Profesor Lipson.
Meskipun tim peneliti masih skeptis dan perlu memverifikasi temuan mereka, profesor ilmu forensik di Hull University, Graham Williams, menyatakan bahwa klaim keunikan sidik jari manusia belum sepenuhnya terbukti, dan AI mungkin membawa teori baru dalam ilmu forensik.
Williams menyoroti bahwa asumsi tentang uniknya sidik jari manusia hanyalah hasil dari perbandingan antara dua individu yang berbeda dan tidak dapat dianggap sebagai bukti pasti. Jika AI dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ilmu forensik, hal ini bisa menjadi pencapaian besar dalam sejarah pengetahuan manusia, menunjukkan peran penting AI dalam merevolusi pemahaman kita terhadap warisan ilmiah yang telah ada.
"Sidik jari manusia unik itu memang belum dapat dibuktikan sehingga bisa saja AI dapat menemukan teori baru. Sejauh ini asumsi ini hanya berasal dari perbandingan sidik jari antara dua orang yang berbeda, akan tetapi itu tentu belum dapat membuktikan bahwa teori tersebut memang benar," katanya.
Baca Juga: Dibantu AI, Kini Fitur Pengenalan Wajah Bisa Cepat Diagnosis Kesehatan
Baca Juga: Akhirnya Valve Restui Game Buatan AI Hadir di Steam, Ini Syaratnya
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR