ByteDance akan memperkenalkan layanan TikTok yang menawarkan durasi video hingga 30 menit sekaligus menarik pengguna baru dan menyaingi kemampuan YouTube. Tentunya kehadiran video berdurasi 30 menit itu akan mengubah format asli TikTok yang terkenal dengan durasi video pendek.
Nantinya, fitur baru itu akan muncul di Aplikasi iOS Beta dan Aplikasi Android di Inggris. Awalnya, TikTok dikenal dengan video pendek dan mempunyai batas waktu 15 detik, dan diperpanjang menjadi satu menit, dan bahkan hingga tiga menit dalam beberapa tahun terakhir. Setelah menguji video berdurasi 15 menit, yang tidak terlalu efektif, TikTok kini menguji batas waktu 20 menit.
Langkah ini dianggap sebagai langkah langsung untuk bersaing dengan YouTube yang tidak memiliki batasan waktu untuk video. Perluasan ini membuka peluang bagi TikTok untuk menampilkan episode penuh acara TV dan konten berdurasi panjang lainnya seperti dikutip Gizmochina.
Fitur-fitur baru seperti kemampuan mempercepat video dengan mengetuk dan menahan sisi kanan video, serta mode layar penuh horizontal, juga sedang dipersiapkan oleh TikTok. Bagaimana pengguna akan merespons perubahan ini di platform yang dikenal dengan video pendeknya masih menjadi tanda tanya, dan belum jelas kapan atau apakah fitur ini akan tersedia secara luas untuk semua pengguna.
Fitur AI
Saat ini TikTok sedang menguji fitur artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terbaru yang memungkinkan pengguna membuat lagu tanpa memerlukan keterampilan musik atau bernyanyi. Saat ini Fitur AI itu masih dalam versi beta sehingga pengguna sudah dapat merasakan fitur.
Meskipun masih dalam tahap pengujian, beberapa pengguna merasa kurang puas dengan kualitas lagu yang dihasilkan, dan TikTok berkomitmen untuk meningkatkan fitur ini sebelum meluncurkannya secara global.
"Kami sangat menghargai setiap saran dari konsumen. Saat ini fitur ini masih belum sempurna dan kami masih akan mengembangkannya kembali," tulis TikTok seperti dikutip The Verge.
Meski bukan yang pertama menyajikan fitur semacam itu, TikTok berupaya menjaga aspek hak cipta dengan memberikan keterangan pada konten yang dibuat menggunakan bantuan AI, memungkinkan pengguna untuk membedakan antara karya seniman orisinal dan yang dibuat melalui teknologi AI.
Mirip Microsoft Copilot
Microsoft Copilot menggandeng platform pembuatan musik berbasis AI Suno untuk menciptakan sebuah fitur yang memungkinkan pengguna tanpa latar belakang musik dapat menciptakan lagu hanya melalui instruksi teks.
Suno, yang memiliki reputasi dalam komposisi musik menggunakan algoritma AI, bergabung dengan Microsoft Copilot untuk menyajikan alat yang mudah digunakan untuk menciptakan lagu. Meskipun klip audio di situs Suno terdengar mengesankan, ada beberapa keterbatasan dalam penerapannya di Copilot.
Prosesnya simpel, pengguna cukup memberikan instruksi teks dan algoritma AI akan menghasilkan lagu lengkap dengan lirik dan vokal secara otomatis. Tak hanya itu, alat AI itu juga memungkinkan pengguna membuat lagu instrumental seperti dikutip Gizmochina.
Microsoft Copilot memberikan contoh cepat seperti "buat lagu pop tentang petualangan bersama keluarga Anda" atau "buat lagu yang menggambarkan semangat pertumbuhan." Fitur ini menggunakan data pribadi yang dikumpulkan oleh Copilot selama penggunaan, menciptakan potensi lagu yang sangat dipersonalisasi.
Meskipun fitur ini sudah diluncurkan secara bertahap, pengguna mungkin perlu bersabar beberapa minggu sebelum fitur ini tersedia dalam pembaruan platform. Perlu dicatat bahwa saat ini, fitur pembuatan musik terbatas pada browser Microsoft Edge.
Pengguna harus membuka Edge, masuk ke situs web Copilot, memastikan plugin Suno aktif di bawah tab "Plugins" di sudut kanan atas. Penambahan Suno akan dirilis secara bertahap dan dijangkau oleh semua pengguna dalam beberapa minggu ke depan, sementara potensi ekspansi ke browser lain masih belum pasti.
Mampu Ringkas Video
Microsoft memperkenalkan fitur terbaru dalam layanan artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatannya Copilot, pada awal Desember. Salah satu fitur unggulan Copilot adalah kemampuannya untuk merangkum video YouTube. Dengan fitur itu, pengguna Microsoft Edge dapat meminta Copilot untuk merangkum video yang mereka tonton di situs web YouTube. Namun, perlu diingat bahwa fitur ini memiliki batasan dan hanya dapat digunakan untuk video yang dilengkapi dengan subtitle.
Mikhail Parakhin, CEO Periklanan dan Layanan Web Microsoft, menjelaskan bahwa fitur rangkuman YouTube di Copilot hanya dapat berfungsi jika video tersebut memiliki subtitle. "Jika subtitle tidak tersedia, Copilot tidak dapat merangkum video tersebut dan proses pra-pemrosesan video diperlukan untuk memastikan ketersediaan subtitle," katanya.
Penting untuk dicatat bahwa fitur itu sebenarnya tidak merangkum video secara visual, melainkan merangkum teks atau transkrip dari video tersebut. Proses yang serupa juga terjadi pada fitur merangkum rapat video Teams dan panggilan di Microsoft 365.
Microsoft mengklaim bahwa Copilot dapat langsung merangkum audio, namun kenyataannya audio perlu ditranskripsikan terlebih dahulu sebelum dapat dirangkum, seperti yang juga terjadi di Microsoft Stream.
Meskipun pemahaman awal pengguna mungkin salah terkait fitur ini, Copilot tetap dapat digunakan. Mengingat sebagian besar video di YouTube memiliki subtitle, fitur rangkuman di Copilot diharapkan dapat berfungsi untuk sebagian besar video.
Baca Juga: Saingi Samsung Galaxy AI, Apple Fokus Garap Teknologi AI untuk iPhone
Baca Juga: Teknologi AI Google ini Bantu Proses Belajar Mengajar Guru di Sekolah
Source | : | Gizmochina |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR