Perusahaan raksasa teknologi seperti Microsoft, Amazon, dan Google mendominasi pasar startup artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan usai menginvestasikan miliaran dolar dalam pengembangan startup - startup AI.
Sebagai contoh, kesuksesan besar startup OpenAI saat ini yang memperkenalkan layanan chatbot AI Chat GPT tidak terlepas dari kucuran uang Microsoft. Microsoft menjadi pemegang saham terbesar OpenAI. Konsekuensinya, beberapa teknologi OpenAI termasuk Chat GPT ikut terintegrasi ke dalam layanan Microsoft.
Tentunya, kucuran dana jumbo dari Microsoft, Google dan Amazon itu mempercepat inovasi teknologi AI dan menarik minat para investor lainnya ikut-ikutan menanamkan investasinya di sektor AI. Pemerintah AS, melalui Komisi Perdagangan Federal (FTC) berkewajiban memantau ketat investasi dan kemitraan antara perusahaan-perusahaan teknologi dan ingin memahami dampak perkembangan AI terhadap persaingan bisnis.
Microsoft telah berkomitmen untuk menginvestasikan sejumlah besar dana di OpenAI dan memainkan peran kunci dalam manajemen perusahaan tersebut. Kesepakatan serupa diikuti oleh perusahaan teknologi lainnya, seperti Salesforce, Alphabet, dan Amazon.com, yang berlomba-lomba untuk bermitra dengan startup AI terkemuka melalui pendanaan dan layanan cloud.
Bagi perusahaan startup AI, kemitraan dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar ini sangat penting karena memungkinkan mereka mengakses infrastruktur dan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk pengembangan teknologi kompleks seperti model bahasa besar.
Namun, dinamika ini juga menarik perhatian regulator di AS dan Eropa, yang ingin memastikan bahwa ekosistem AI tetap adil, terbuka, dan kompetitif, serta bahwa perusahaan-perusahaan AI tidak melanggar hukum dengan alasan inovasi.
Kucuran Vodafone
Perusahaan internasional Vodafone mengucurkan dana investasi senilai Rp23 triliun ke Microsoft untuk mengembangkan teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama selama 10 tahun di bidang pengembangan AI.
Kolaborasi itu bertujuan untuk mengembangkan teknologi AI generatif yang dapat memenuhi kebutuhan lebih dari 300 juta bisnis dan konsumen di wilayah Eropa dan Afrika. Dana investasi tersebut akan difokuskan pada pengembangan produk AI seperti Azure OpenAI dan Copilot.
Selain pengembangan AI, Vodafone dan Microsoft juga akan meneliti lebih lanjut platform Internet of Things (IoT), yang akan menjadi kebutuhan penting di kawasan Afrika.
Kepala Eksekutif Vodafone Margherita Della Valle mengatakan kerja sama Vodafone dan Microsoft adalah bagian dari akselerasi transformasi digital, terutama untuk bisnis kecil hingga menengah. Tujuannya adalah meningkatkan persaingan di dunia bisnis, menghindari dominasi oleh pemain lama, dan mempercepat transformasi digital untuk konsumen bisnis Vodafone.
"Kerja sama ini bertujuan mengembalikan pertumbuhan keuntungan perusahaan ke level tertinggi dan mencapai nilai pasar 140 miliar euro atau sekitar Rp2,3 ribu triliun pada Mei 2024," katanya seperti dikutip Reuters.
"Kami berkomitmen membuat persaingan semakin sehat sehingga tidak hanya didominasi oleh para pemain lama saja.Kami ingin meningkatkan akselerasi transformasi digital dari konsumen bisnis kami, terutama untuk perusahaan kecil hingga menengah,” ucapnya.
Baca Juga: Tanpa Google, Begini Cara Samsung Hadirkan Layanan Galaxy AI di China
Baca Juga: Apple Luncurkan Fitur Terbaru Transkripsi untuk Layanan Podcasts
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR