Asia Pasifik memiliki potensi pertumbuhan belanja iklan digital yang sangat besar. Namun laporan terbaru DoubleVerify mengungkapkan, sebagian besar pemasar gagal mengevaluasi keputusan pembelian media digital.
Hal itu lantaran hanya 17% dari pemasar di kawasan ini yang melakukan evaluasi terhadap efektivitas media digital, berdasarkan indikator penting, seperti brand suitability, viewability, fraud, serta intended geography.
Conrad Tallariti, Managing Director, APAC, DoubleVerify, mengingatkan pentingnya bagi para pengiklan untuk melakukan verifikasi secara berkala terhadap semua saluran digital, terutama dalam rangka melindungi investasi mereka.
“Kualitas media harus menjadi dasar dari setiap kampanye periklanan, dan pemasar membutuhkan edukasi lebih tentang verifikasi," tegasnya.
Survei DoubleVerify yang berjudul "Raising the Bar in APAC: How Media Quality and Performance Drive Outcomes” mengungkapkan bahwa verifikasi iklan tidak dilakukan secara always-on oleh para pemasar di Asia Pasifik. Menurut survei ini, hanya 1 dari 3 pemasar yang menggunakan alat verifikasi secara ad-hoc.
Namun yang melegakan, masih dari survei yang sama, pemasar di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, memiliki sentimen positif terhadap pengukuran kualitas media. Menurut studi yang digarap WARC ini, 91% responden setuju bahwa hal tersebut penting untuk dilakukan untuk mendorong pemanfaatan saluran media yang sukses.
Temuan lain dari penelitian yang digarap DoubleVerify bersama WARC ini adalah adanya minat yang besar terhadap media sosial di seluruh wilayah Asia Pasifik. Tren ini tak lepas dari fakta bahwa 60% pengguna media sosial dunia ada di kawasan ini.
Penelitian ini menemukan konsumen Asia Pasifik memanfaatkan media sosial untuk menelusuri sampai membeli produk. Sebanyak 63% konsumen di Indonesia secara signifikan memanfaatkan media sosial untuk melakukan riset produk yang mereka butuhkan.
Super-app juga menjadi fenomena besar saat ini. Hal itu terlihat dari popularitas local commerce market, seperti Grab, Lazada dan Tokopedia, sebagai channel pencarian, mengalahkan media sosial dan Google Search. Tak mengherankan jika saluran digital ini akan menjadi peluang baru bagi para pemasar untuk memasang iklan.
Peningkatan penggunaan e-commerce ini memberikan peluang tambahan bagi pengiklan untuk menjangkau konsumen yang berniat menghabiskan lebih banyak waktu online, terutama di e-commerce. Misalnya di bulan Ramadan, berdasarkan survei Maret 2023, 76% konsumen berniat melakukan pembelian sejumlah produk, seperti busana dan aksesoris.
“Indonesia adalah pasar yang besar dengan segala bentuk potensi dan peluang bisnis digital yang besar. Di tengah kondisi lanskap periklanan dan digital yang terus berkembang, pengeluaran nilai belanja iklan di Indonesia tercatat hingga mencapai nilai sekitar USD 2,565 juta (setara sekitar lebih dari Rp 40 triliun) dan di tahun ini, nilai belanja iklan digital di Indonesia diproyeksikan akan mencapai lebih dari USD 3,051 juta (atau sekitar lebih dari Rp 48 triliun). Kondisi ini menjadi peluang besar bagi pemasar dan brand untuk dapat memaksimalkan performa kampanye periklanan mereka, demi menjangkau target yang lebih luas secara lebih efektif,” ujar Muhammad Arif Bijaksana, Business Director, Indonesia, DoubleVerify.
Baca juga: Ini Tips Menggunakan Layanan SEO yang Efektif untuk Web Bisnis
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR