Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Nezar Patria menilai kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bukanlah musuh bagi manusia tetapi pemanfaatan AI dapat dioptimalkan dalam sektor komunikasi dengan asumsi bahwa penggunanya memiliki sikap yang adaptif dan inovatif.
"Penting bagi kita mengadopsi pola pikir yang adaptif dan inovatif guna memanfaatkan kehadiran AI, daripada melihatnya sebagai ancaman. Pola pikir ini penting agar kita bisa memanfaatkan kehadiran AI, ketimbang menganggapnya sebagai lawan. Sebagaimana hidup terus bergerak maju, begitu pula inovasi akan terus mengisi kehidupan kita sehari-hari," katanya dalam siaran persnya.
Pemerintah Indonesia sedang mengusulkan pendekatan 3P, yang mencakup kebijakan, platform, dan partisipasi masyarakat. Dalam hal kebijakan, Nezar menekankan pentingnya memperhatikan aspek keamanan, keadilan, dan inklusivitas dalam pengembangan AI di dalam negeri.
Sementara itu, Prof. Henri Subiakto, seorang Guru Besar Ilmu Komunikasi di Universitas Airlangga, menekankan pentingnya regulasi yang kuat untuk memastikan pemanfaatan AI optimal dan aman.
"Regulasi ini penting supaya AI dapat berkembang tanpa mengganggu hakikat dan eksistensi manusia," ujarnya.
Dr. Mufti Nurlatifah, seorang Dosen Departemen Ilmu Komunikasi di UGM, mempertegas bahwa meskipun AI memiliki dampak besar dalam komunikasi, ada peran manusia yang tidak bisa digantikan. Dia mencontohkan jurnalisme sebagai salah satu bidang yang masih memerlukan sentuhan kemanusiaan dalam proses kreatifnya.
Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI, Agus Sudibyo, juga berpendapat bahwa jurnalisme tetap relevan dalam era AI, namun perlu dirumuskan kembali. Dia menyoroti pentingnya perbedaan antara jurnalis dan konten kreator dalam menghasilkan konten yang berkualitas.
Baca Juga: Tingkatkan Kemandirian Industri, Arab Saudi Bangun Pusat Riset AI
Baca Juga: OpenAI ChatGPT dkk Investasi ke Startup AI Pembuat Robot Humanoid
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR