Membawa Apache Iceberg untuk open data lakehouse di private cloud, Cloudera menawarkan pengalaman data on-premises untuk kebutuhan analisis dan artificial intelligence (AI) berskala besar.
Menurut riset Cloudera, sebanyak 53% perusahaan di Amerika Serikat saat ini menggunakan teknologi AI generatif, dan 36% berada di tahap eksplorasi AI serta berpotensi mengimplementasikannya di tahun ini.
Sementara di Indonesia, survei PwC terbaru terhadap para CEO di Indonesia, mengungkapkan bahwa responden sudah menyadari manfaat potensial AI generatif kendati lebih dari separuh responden belum mengadopsi AI generatif.
Temuan lainnya adalah sebanyak 57% meyakini bahwa AI generatif akan meningkatkan efisiensi dan 47% meyakini teknologi ini akan membantu meningkatkan revenue dan profitability.
Namun implementasinya masih terhambat karena banyak enterprise masih menghadapi tantangan terkait data, seperti infrastruktur data terdistribusi, risiko tata kelola, atau masalah keamanan.
Menjawab tantangan tersebut, Cloudera menyediakan Apache Iceberg untuk private cloud. Apache Iceberg sendiri adalah format tabel terbuka yang dirancang untuk workload analitik berukuran besar.
Dikutip dari rilis Cloudera, aplikasi Iceberg di private cloud memungkinkan perusahaan menerapkan AI pada data-data perusahaan yang ada di cloud maupun on-premises. Cara ini pada akhirnya akan memungkinkan perusahaan mengimplementasikan solusi baru.
Cloudera pun mengeklaim dirinya sebagai satu-satunya perusahaan yang menyediakan kemampuan deployment LLM yang sepenuhnya terisolasi dari jaringan atau sambungan internet eksternal (air-gapped). Cara ini disebut Cloudera akan meningkatkan keamanan dan privasi data, meningkatkan kinerja serta memangkas biaya operasional.
Cloudera juga merilis beberapa pembaruan tambahan pada platformnya yang dijanjikan akan memberikan nilai bisnis, seperti zero downtime upgrades (ZDU) dan peningkatan keamanan, seperti Transport Layer Security (TLS) 1.2; kemampuan baru Apache Ozone yang mendorong skalabilitas dengan biaya yang lebih rendah; dan perluasan dukungan integrasi, termasuk Python 3.10, RHEL 9.1, RHEL 8.8 FIPS, SLES 15 SP4, Oracle 8.8, dan JDK 17.
“Dengan memberi pelanggan fondasi data tepercaya untuk analitik dan AI, fase selanjutnya dari solusi cloud-native ini membuka peluang tanpa akhir untuk mentransformasi data penting dan mengembangkan aplikasi AI yang inovatif,” kata Dipto Chakravarty, Chief Product Officer, Cloudera.
Menanggapi implementasi AI di lingkungan enterprise, Sanjeev Mohan, Principal SanjMo mengatakan bahwa data tidak bisa “dikunci” di datacenter perusahaan.
“Perusahaan enterprise membutuhkan strategi manajemen data yang mengizinkan mereka untuk mentransformasi data kompleks di mana saja menjadi informasi yang bisa ditindaklanjuti melalui platform komprehensif, terbuka dan hybrid,” jelas Sanjeev Mohan.
Baca juga: Studi IBM Ungkap Dua Sektor Industri Ini Mulai Adopsi Teknologi AI
Baca juga: Dorong Adopsi AI di Perusahaan, MII & Microsoft Hadirkan Program MIAI
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR