Para peneliti China sukses meningkatkan akurasi prediksi curah hujan dengan bantuan teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan ilmu fisika. Studi itu dipublikasikan dalam jurnal Geophysical Research Letters, dipimpin oleh tim peneliti dari Institut Fisika Atmosfer (Institute of Atmospheric Physics/IAP) di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China.
"Integrasi fisika merupakan tantangan besar dalam era AI, dengan berbagai pendekatan dan perspektif," kata Huang Gang, Penulis utama dalam studi tersebut.
Dalam era AI, model meteorologi dan iklim murni yang berbasis data mengikuti, bahkan melampaui, model numerik tradisional secara bertahap. Meskipun begitu, model deep learning saat ini masih menghadapi tantangan signifikan dalam memprediksi fenomena cuaca dan iklim yang kompleks, termasuk curah hujan.
Para peneliti mengusulkan pendekatan baru yang menggabungkan fisika, dinamika atmosfer, dan model deep learning untuk mengatasi tantangan ini.
Dengan menggunakan EarthLab, sebuah fasilitas baru yang dikembangkan oleh IAP, tim tersebut memanfaatkan data dan daya komputasi untuk meningkatkan kemampuan model numerik dalam memprediksi cuaca. Para peneliti fokus pada integrasi variabel fisik melalui jaringan saraf grafik untuk memberlakukan batasan fisik dan meningkatkan akurasi prediksi curah hujan.
Para peneliti mempertimbangkan dinamika iklim dan atmosfer, bereksperimen dengan menerapkan batasan fisik pada model dari sudut pandang penggabungan fisik.
"Tim kami menggunakan pertimbangan dinamika iklim dan atmosfer, bereksperimen dengan menerapkan batasan lunak pada model-model dari perspektif penggabungan fisik," imbuh Huang.
Baca Juga: Tingkatkan Sistem Pertahanan IKN, BRIN Bakal Libatkan Teknologi AI
Baca Juga: Teknologi AGI Diprediksi Hadir 2027, Lebih Pintar dari Otak Manusia
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR