Komunitas IT CIO perusahaan Asia Tenggara, atau XCION, baru-baru ini menyelenggarakan XCION 11th Conference & Exhibition di Bali. Acara ini menjadi ajang CIO dari berbagai perusahaan di Asia Tenggara untuk berdiskusi terkait inovasi yang memanfaatkan teknologi digital, termasuk bagaimana cara melindungi inovasi tersebut.
Acara XCION 11th Conference & Exhibition ini dibuka oleh Dr. Marcelino Pandin, Komisioner Telkom Indonesia. Dalam paparannya, Marcelino mengungkapkan pentingnya governance dalam pemanfaatan teknologi, terutama di era AI saat ini. Implementasi AI yang bertanggung jawab mutlak dibutuhkan untuk menjadi manfaat sosial bagi umat manusia.
Di bagian lain presentasinya, Marcelino juga mengungkap strategi membangun kapasitas teknologi melalui kombinasi in-house dan outsources resources. Dengan lincah memanfaatkan sumber daya yang tersedia, Marcelino meyakini perusahaan Indonesia dapat memanfaatkan digitalisasi dengan sebaik-baiknya.
Pembicara lain yang hadir dalam XCION 11th Conference & Exhibition ini adalah On Lee, CEO & CTO dari GDP Labs dan GDP Venture. Pada presentasinya, On Lee memaparkan tentang "Zero-Knowledge Proof As a Service," yang berfokus pada pentingnya pendekatan inovatif dalam melindungi data.
Secara prinsip, Zero-Knowledge Proof (ZKP) adalah pendekatan yang dapat memverifikasi info tertentu tanpa membuka keseluruhan identitas. Sebagai contoh, ZKP dapat memverifikasi batas usia seseorang (seperti telah berusia lebih dari 17 tahun) tanpa mengungkap usia sesungguhnya. Contoh lain, ZKP dapat membuktikan seseorang telah mendapatkan vaksin Covid-19 tanpa harus membuka keseluruhan medical record orang tersebut.
Dengan pengungkapan informasi yang selektif tersebut, risiko kebocoran data pribadi menjadi lebih kecil. Di tengah semakin tingginya kesadaran akan privasi data, On Lee meyakini pendekatan ZKP ini dapat diimplementasikan di berbagai industri, seperti pemerintahan, kesehatan, serta finansial.
Bicara industri finansial, salah satu narasumber yang hadir adalah Tony Chiu (Director, Softcorp) yang membawa aplikasi buatan Digital China Group. Digital China Group sendiri adalah penyedia aplikasi finansial yang telah berhasil membantu ribuan perusahaan finansial di China untuk melakukan transformasi digital. Dengan pengalaman seperti itu, Digital China dan Softcorp pun bermaksud membantu transformasi digital perusahaan finansial di Indonesia dan Asia Tenggara.
Melindungi Inovasi
Di tengah giatnya perusahaan Asia Tenggara melakukan inovasi digital, satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah keamanan data. Karena dengan melakukan perlindungan data yang baik, inovasi digital dapat mencapai hasil yang optimal.
Karena itulah, acara XCION 11th Conference & Exhibition ini juga banyak mengungkap best practice dalam perlindungan data. Contohnya yang dilakukan Dr. Pratama Persadha (Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber dan dan Komunikasi, CISSReC), yang mengungkap trend cyber threat yang harus diantisipasi perusahaan Indonesia. “Ancaman cyber security di 2024 ini masih didominasi Web Defacement, malware stealer, ransomware, sampai Advanced Persistent Threat,” ungkap Pratama.
Sementara Ivan Lo (Channel Lead Asia, Tehtris) mengungkapkan pentingnya memanfaatkan AI untuk mempercepat proses detect and response. “Dengan perkembangan cyber threat yang demikian cepat, kita tidak bisa lagi mengandalkan cara manual. Setiap organisasi harus melakukan otomatisasi proses dalam mendeteksi dan menanggulangi ancaman yang muncul,” ungkap Ivan Lo.
Acara XCION 11th Conference & Exhibition yang berlangsung selama dua hari ini memang berlangsung semarak dan penuh dengan diskusi menarik antar pemangku kepentingan. Semoga saja, para IT Leaders yang hadir pada acara ini mendapatkan banyak pelajaran berharga dalam mendorong transformasi digital di organisasi mereka.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR