Kebijakan melakukan investasi besar-besaran dalam teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mendorong pertumbuhan pendapatan Alphabet dan Microsoft serta memicu reli saham teknologi di New York.
Saham Alphabet melonjak 10 persen melebihi nilai pasar USD2 triliun, didorong oleh dividen pertama dan pembelian kembali saham senilai USD70 miliar. Saham Microsoft juga naik hampir 3 lersent diproyeksikan menambah lebih dari USD80 miliar pada nilai pasarnya. Keduanya mencatat pertumbuhan pendapatan kuartalan yang melampaui ekspektasi, terutama dari layanan AI seperti asisten Copilot AI dan chatbot Gemini.
Alphabet mencatat lonjakan pendapatan cloud sekitar 28 persen, menyusul pertumbuhan Google Workspace yang kuat. Sedangkan, Microsoft melaporkan layanan AI menyumbang 7 poin persentase dari lonjakan pendapatan sebesar 31 persen pada platform komputasi awan Azure. Microsoft meningkatkan anggaran belanja AI senilai USD300 juta menjadi USD 11,5 miliar dan Alphabet mengalami lonjakan 91 persen dari tahun sebelumnya menjadi USD12 miliar.
Meskipun Meta Platforms mengalami perkiraan rendah, Alphabet dan Microsoft menunjukkan pertumbuhan kuat, didukung oleh investasi besar dalam infrastruktur untuk mendukung aplikasi AI. Saham Amazon.com, NVIDIA, Broadcom, dan Marvell Technology juga naik, didorong oleh optimisme atas peningkatan pengeluaran teknologi yang berkelanjutan.
Bangun Data Center
Microsoft Corp mengucurkan investasi senilai 2,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp46 triliun di Jepang selama dua tahun sekaligus menjadi investasi terbesarnya di negara tersebut. Tujuan dari investasi ini adalah untuk memperkuat pusat data yang vital untuk pemrosesan dengan kecerdasan buatan generatif. Microsoft juga akan membuka basis penelitian pertamanya di Tokyo, Jepang.
Pengumuman mengenai investasi ini diperkirakan akan dilakukan bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, ke Amerika Serikat. Microsoft berencana meningkatkan peralatan di pusat data mereka di Tokyo dan Osaka dengan memperkenalkan unit pemrosesan grafis dan semikonduktor canggih.
Regulasi AI
Jepang akan menyiapkan regulasi yang mengikat bagi pengembang sistem artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam upaya mengatasi disinformasi dan risiko lainnya. Langkah ini merupakan perubahan dari kebijakan sebelumnya yang lebih cenderung sukarela tanpa adanya sanksi dan regulasi yang ketat seperti di Uni Eropa.
Karena itu, Jepang akan membentuk dewan ahli AI untuk membahas masalah ini dan memasukkan peraturan baru ke dalam pedoman kebijakan manajemen ekonomi dan fiskal. Pedoman yang akan dirilis mencakup 10 prinsip, termasuk "keterpusatan pada manusia" dan penggunaan AI yang aman.
Pengembang teknologi canggih seperti chatbot AI generatif ChatGPT akan ditetapkan sebagai "pengembang model dasar AI". Perusahaan yang menggunakan AI di area berisiko tinggi akan diwajibkan melakukan verifikasi keselamatan dan berbagi penilaian risiko dengan pemerintah.
Pengembang yang ditunjuk juga harus melaporkan status kepatuhan mereka. Pemerintah dapat memberlakukan denda dan sanksi lain atas pelanggaran. Parlemen Eropa baru-baru ini mengesahkan undang-undang tentang kecerdasan buatan yang akan berlaku mulai tahun 2026 dengan denda signifikan bagi pelanggaran.
Baca Juga: Qualcomm Kenalkan Snapdragon X Plus, Tawarkan Fitur AI dan Efisiensi
Baca Juga: Google Hadirkan Fitur Respons Real-Time ke Chatbot AI Gemini
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR