Pemerintah AS dan China dikabarkan sedang adu cepat mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk kepentingan militer. Inisiatif ini tidak lepas dari keyakinan bentuk peperangan di masa depan yang akan mengandalkan teknologi dibanding manusia.
Hal tersebut diungkapkan Christopher Grady, salah satu petinggi militer AS. “Baik AS dan China menyadari, pemanfaatan AI akan sangat krusial di pertempuran masa depan. Kami sedang bekerja keras untuk itu, begitu pula China,” ungkap Grady.
Pemanfaatan AI di Militer
Salah satu implementasi AI untuk militer bisa dilihat di Vista, pesawat F16 yang dikendalikan oleh AI. Dalam sebuah percobaan dogfight alias pertempuran satu lawan satu dengan pesawat tempur dengan pilot manusia, Vista mampu melakukan perlawanan seimbang. Hasil ini terbilang impresif mengingat lawan Vista adalah pesawat yang dikendalikan oleh salah satu pilot paling berpengalaman di militer AS.
Vista memang belum sempurna, namun militer AS sudah merencanakan implementasi AI di jajaran pesawat militernya. Saat ini mereka sedang mengembangkan sekitar 1000 pesawat tanpa awak yang akan dikendalikan AI saat beroperasi.
Implementasi lain dari AI di militer adalah sistem navigasi yang tidak tergantung GPS. Inisiatif ini didasari keyakinan, teknologi GPS akan menjadi sasaran utama untuk dilumpuhkan ketika terjadi peperangan. Padahal, saat ini GPS menjadi tools andalan pesawat militer dalam beroperasi.
Untuk mengatasi situasi tanpa GPS itu, militer AS mengembangkan sistem navigasi berbasis medan magnet bumi. Teknologi AI digunakan untuk membedakan gelombang elektromagnetik bumi dengan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan pesawat. Teknologi yang ada selama ini kesulitan membedakan kedua gelombang tersebut. Namun berkat AI yang memiliki data dalam jumlah besar, hal tersebut dapat dilakukan.
Keandalan AI ini pun sudah terbukti. Dalam sebuah uji coba, sistem berbasis AI yang ditempatkan di sebuah pesawat kargo C-17 berhasil melakukan perjalanan dengan tepat tanpa menggunakan GPS. Hal ini menebalkan keyakinan militer AS akan keandalan sistem navigasi berbasis AI.
Dilema Penggunaan AI di Militer
Meski menjanjikan banyak keuntungan, penggunaan AI untuk kepentingan militer menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Salah satunya adalah memastikan keamanan dari “mesin” yang dapat menembakkan senjata mematikan tanpa campur tangan manusia.
Pada kasus Vista di atas, seorang pilot berada di dalam pesawat untuk menjadi pengawas. Hanya dengan menyentuh satu tombol, pilot tersebut dapat mengambil alih kendali pesawat. Namun langkah pencegahan ini tentunya tidak berlaku di kondisi peperangan sesungguhnya.
Faktor lain yang menjadi sorotan adalah soal etika. Bagaimana pun, manusia melibatkan hati nurani dalam setiap keputusannya. Hal ini berbeda dengan AI yang berorientasi pada data di atas kertas.
Pemerintah AS sendiri termasuk negara yang berkomitmen untuk menjunjung tinggi penggunaan AI di militer yang bertanggung jawab. Akan tetapi, sulit menghapus kekhawatiran publik akan bayang-bayang Skynet, robot di film Terminator yang berbalik ingin membinasakan manusia.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR