Seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi AI (artificial intelligence) di perusahaan/organisasi, hal ini juga memunculkan tantangan baru bagi penyedia layanan data center (pusat data).
Tantangan tersebut mulai dari dari lonjakan daya yang besar, fleksibilitas dan skalabilitas, keberlanjutan operasional dan dampak lingkungan.
Oleh karena itu, infrastruktur data center perlu didesain agar semakin efisien, tangguh dan sustainable dengan memperhatikan desain manajemen daya, pendinginan, rak, perangkat lunak dan kapasitas back-up power.
Menjawab tantangan tersebut, Schneider Electric menghadirkan solusi komprehensif untuk mendukung infrastruktur data center yang AI-ready dan sustainable.
Ditampilkan dalam dalam ajang Indonesia Cloud & Datacenter Convention 2024, solusi tersebut mencakup Liquid Cooling, SM AirSet, dan Galaxy VL UPS, dan EcoStruxure for Data Center.
Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste mengatakan, “Disrupsi AI di data center akan memunculkan tantangan baru bagi penyedia data center dan co-location, mulai dari lonjakan daya yang lebih besar dari sebelumnya, tuntutan fleksibilitas dan skalabilitas dalam penyediaan layanan data, keberlanjutan operasional yang semakin kompleks, hingga dampak lingkungan.”
“Infrastruktur data center perlu mengakomodasi kebutuhan data center masa depan yang harus semakin efisien, fleksibel, tangguh dan sustainable,” tambah Roberto.
Dalam White Paper berjudul “The AI Disruption: Challenges and Guidance for Data Center Design”, Schneider Electric memperkirakan kontribusi beban kerja AI terhadap total konsumsi energi data center akan mencapai 15% hingga 20% pada tahun 2028.
Selain itu, beban kerja AI diperkirakan akan terus beroperasi pada densitas yang sangat tinggi. Hal ini menimbulkan tantangan dalam desain manajemen daya, pendinginan, rak, perangkat lunak dan kapasitas back-up power di data center.
Peningkatan penggunaan daya akibat penggunaan AI yang semakin luas di data center dan dalam operasional industri akan meningkatkan emisi karbon dan biaya energi jika tidak dikelola dengan cerdas, efisien, dan terintegrasi.
Otomasi yang didorong oleh AI dalam manajemen data center, memungkinkan penyedia data center dan co-location mengotomatisasi tugas-tugas rutin, mengurangi beban kerja manual, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Misalnya, pemeliharaan sistem server, analisa prediktif terhadap kinerja dan pemantauan sistem dapat ditangani oleh AI.
Sementara itu, komponen seperti sistem pendinginan, back-up power, switchgear juga menjadi krusial dalam memastikan keamanan, keandalan dan ketangguhan operasional data center.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR