Saat ini dunia kerja dihadapkan pada ancaman besar dari perkembangan pesat artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Banyak industri mulai menggantikan tenaga manusia dengan teknologi canggih yang mampu bekerja lebih cepat, lebih efisien, dan tanpa lelah. Menurut laporan terbaru dari World Economic Forum, lebih dari 20 juta pekerjaan di sektor manufaktur dan logistik diperkirakan akan hilang dalam dekade mendatang.
Robot dan sistem otomatisasi telah menggantikan pekerja di pabrik-pabrik besar, mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Di pusat distribusi, sistem pengelolaan inventaris berbasis AI semakin mengurangi peran manusia dalam proses operasional. Tidak hanya di sektor manufaktur, sektor jasa dan keuangan juga tidak luput dari dampak perkembangan AI. Asisten virtual dan chatbot semakin banyak digunakan di layanan pelanggan, menggantikan peran customer service.
Di sektor keuangan, algoritma AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar dan membuat keputusan investasi dengan kecepatan dan akurasi yang tidak bisa dicapai oleh manusia.
Penelitian baru dari Accenture mengungkapkan sebanyak 96 persen pemimpin bisnis dan perusahaan di Asia Pasifik mengakui dampak signifikan dari AI generatif, dan 91 persen pekerja di Asia Pasifik menunjukkan minat mereka untuk memperoleh keterampilan baru agar dapat bekerja dengan AI generatif, namun hanya 4% pemimpin bisnis yang telah mengadakan pelatihan AI generatif dalam skala besar.
Industri yang paling terdampak adalah pasar modal dimana teknologi AI generatif akan menggantikan keterlibatan manusia sampai dengan hampir 71 persen jam kerja. Tak hanya itu, teknologi AI generatif juga akan menggantikan peran manusia di industri software dimana 66 persen jam kerja akan diotomatisasi atau dioptimalkan. Diikuti oleh Perbankan (64 persen), Asuransi (62 persen) dan Ritel (49 persen).
Sementara itu Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan ancaman nyata kehadiran teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang akan membuat sebanyak 83 juta pekerjaan bakal hilang dalam lima tahun ke depan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan teknologi AI akan memicu tren pergeseran kemampuan dan pekerjaan, termasuk membuat jutaan pekerjaan hilang. Namun, AI juga akan menghadirkan 69 juta pekerjaan baru dan ada sebanyak 22,1 persen total pekerja Indonesia memanfaatkan AI dan 26,7 juta pekerja terbantu oleh AI.
“Jadi memang inilah dilema dari kemajuan teknologi, tetapi kita harus optimis. Nanti ada pekerjaan yang hilang, tetapi akan ada pekerjaan baru muncul,” kata Budi saat ditemui seusai acara Google AI untuk Indonesia Emas 2045 di Jakarta.
Budi mengatakan Indonesia harus optimistis memasuki era AI, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia harus beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Masyarakat harus mengambil pelatihan berbasis keterampilan dengan mempertimbangkan kebutuhan industri yang bertumbuh pada AI dan mengikuti pelatihan pada platform pembelajaran online, workshop, dan inisiatif kolaboratif antara lembaga pendidikan dan industri.
“Yang penting dari AI adalah tidak against people and humanity, manusia dan kemanusiaan. Itu yang harus kita jaga,” jelasnya.
Berdasarkan data World Economic Forum Report & LinkedIn (2023), ada sejumlah profesi di bidang AI yang diminati ke depan. Mereka di antaranya AI and machine learning specialist, agricultural equipment operators, robotics engineers, database architects, dan sustainability specialists.
Baca Juga: Airbus Kembangkan AI untuk Tandemkan Pesawat Militer & Drone Tempur
Baca Juga: Menkominfo Pastikan Pemerintah Adopsi AI untuk Layanan Publik
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR