Kembali menyelenggarakan Ericsson Imagine Live, Ericsson pun terus menekankan pentingnya adopsi konektivitas pita lebar (broadband) seperti 5G di suatu negara terhadap perekonomian negara tersebut. Pada Ericsson Imagine Live 2024 di Indonesia yang diresmikan di Jakarta beberapa waktu lalu, Ericsson menampilkan berbagai solusi teknologi canggih 5G beserta use case-nya yang relevan bagi Indonesia yang bisa membantu Indonesia meningkatkan ekonomi digitalnya dan merealisasikan Visi Indonesia Digital 2045.
“Infrastruktur digital kuat dan mumpuni yang kami siapkan di Indonesia akan membantu menjembatani kesenjangan digital, menciptakan lapangan kerja, mendorong perekonomian, serta mentransformasi Indonesia secara digital,” sebut Krishna Patil (Head of Ericsson Indonesia) sembari menegaskan pentingnya mendapatkan kejelasan mengenai waktu untuk alokasi spektrum frekuensi pita sedang (mid-band) dan persyaratan alokasi yang ramah investasi sebagai katalisator penyebaran 5G di Indonesia.
“5G akan memberdayakan Indonesia untuk mengembangkan potensi Industri 4.0 dan akan menjadi fondasi untuk mewujudkan agenda pemerintah menuju Visi Indonesia Digital 2045," lanjut Krishna Patil sembari mengungkapkan bahwa menurut GSMA 5G diperkirakan akan berkontribusi lebih dari US$41 miliar terhadap produk domestik bruto Indonesia sepanjang tahun 2024 sampai 2030.
Terdapat empat zona pada Ericsson Imagine Live 2024, yakni “Capture the value of 5G”, “Enterprise Transformation”, “Shape our Future together”, dan “Programmable Networks”. Masing-masing zona itu menampilkan sejumlah teknologi 5G dan use case-nya yang seperti sudah disebutkan diyakini Ericsson sesuai dan bisa meningkatkan ekonomi digital Indonesia. Aneka teknologi dan use case bersangkutan dipercaya pula bisa membuka peluang baru bagi para penyedia layanan komunikasi di tanah air seperti operator telekomunikasi seluler, baik dalam bisnis pita lebar seluler yang sudah mapan maupun eksplorasi sekumpulan peluang baru.
Capture the value of 5G
Pada zona Capture the value of 5G, Ericsson mengedepankan antara lain perihal uplink carrier aggregation pada 5G yang memberikan bandwidth dan kapasitas uplink yang lebih besar. Operator telekomunikasi seluler yang menggunakannya membolehkan kreator konten yang melakukan live streaming pada jaringannya untuk melakukannya dengan kualitas tinggi yang lancar. Namun, bandwidth dan kapasitas uplink yang lebih besar ini juga bermanfaat untuk hal-hal lain seperti bermain gim dan pemantauan publik. Uplink carrier aggregation pada 5G yang dikemukakan Ericsson bisa menggabungkan FDD (frequency division duplex) dan TDD (time division duplex) selain FDD dan FDD. Uplink carrier aggregation ini tersedia pada mode 5G SA (standalone).
“Sebenarnya kalau dari sisi Ericsson, kita di sini ya, ini sebenarnya, kita itu sudah mulai dari tahun lalu gitukan untuk yang uplink CA [carrier aggregation] -nya. Sekarang kita men-develop untuk yang F, TDD,” jelas Arief Rahmadi (Domain Sales Manager Ericsson Indonesia). “Tadi kan cuma dua nih, nanti bergerak ketiga, keempat, kelima. Semakin banyak spektrum, semakin dapat capacity yang lebih tinggi,” tambahnya mengenai pengembangan uplink carrier aggregation yang akan dilakukan Ericsson tahun depan.
Enterprise Transformation
Pada zona Enterprise Transformation, Ericsson menampilkan bagaimana industri infrastruktur kritis seperti tambang, pembangkit listrik tenaga angin, serta kilang minyak bisa meningkatkan keselamatan dan efisiensi para pekerja dengan 5G. Bersama dengan RealWear dan OverIT, Ericsson mengeklaim membolehkan akses yang aman, andal, dan real-time ke data yang kompleks demi memberikan para pekerja tersebut suatu pengalaman bekerja yang terkoneksi (connected) dan immersive saat mereka bekerja dalam lingkungan yang berbahaya. Pasalnya, dalam kondisi yang dimaksud, posisi yang akurat dan kemampuan untuk menangani perangkat yang terkoneksi dalam jumlah besar adalah diperlukan.
Shape our Future together
Shape our Future together menunjukkan bagaimana Ericsson bekerja sama dengan berbagai merek terkemuka dunia seperti Toyota and Sony dalam menggunakan QoD API (quality-on-demand application programming interface) dengan network slicing untuk aneka use case yang memiliki tuntutan tinggi. QoD API membolehkan para pengembang untuk meminta latensi atau throughput yang stabil tanpa perlu mengerti dan berurusan dengan jaringan 5G operator telekomunikasi seluler yang kompleks secara mendalam. Dengan QoD API pengembang gim misalnya bisa mengatur koneksi 5G dari smartphone pengguna yang memainkan gimnya agar optimal untuk gim tersebut dus memberikan pengalaman yang lebih baik.
Programmable Networks
Programmable Networks mengedepankan antara lain Ericsson RedCap (Reduced Capability). Mengutip Ericsson, Ericsson RedCap adalah suatu solusi peranti lunak RAN (radio access network) yang meningkatkan berbagai use case 5G yang sudah ada dan membolehkan aneka use case baru untuk perangkat-perangkat wearable dan sensor industri dengan menurunkan kompleksitas dan memperpanjang umur/daya tahan baterai. Seperti sebutannya, Ericsson RedCap ditujukan untuk use case yang tidak memiliki persyaratan data rate yang seketat use case eMBB (enhanced mobile broadband) maupun yang tidak memiliki persyaratan latensi yang seketat use case yang kritis terhadap waktu. Operator telekomunikasi seluler bisa memakainya mendukung pertumbuhan bisnis dengan mengurangi kompleksitas dan ukuran platform.
Penulis | : | Cakrawala Gintings |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR