Robot dan sistem otomatisasi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah menggantikan pekerja di pabrik-pabrik besar, mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Di pusat distribusi, sistem pengelolaan inventaris berbasis AI semakin mengurangi peran manusia dalam proses operasional. Tidak hanya di sektor manufaktur, sektor jasa dan keuangan juga tidak luput dari dampak perkembangan AI. Asisten virtual dan chatbot semakin banyak digunakan di layanan pelanggan, menggantikan peran customer service.
Di sektor keuangan, algoritma AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar dan membuat keputusan investasi dengan kecepatan dan akurasi yang tidak bisa dicapai oleh manusia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan ancaman nyata kehadiran teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang akan membuat sebanyak 83 juta pekerjaan bakal hilang dalam lima tahun ke depan.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan perkembangan teknologi digital termasuk artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan menghilangkan sekitar 80 juta pekerjaan. Sebaiknya, AI akan menghadirkan 67 juta pekerjaan baru sebagai dampak dari perkembangan teknologi tersebut.
Musdhalifah Machmud (Pelaksana Harian Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kemenko Perekonomian) mengatakan peningkatan keterampilan sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menghadapi perubahan AI
"Transformasi keterampilan pekerja agar sesuai dengan era digital sangat penting di masa depan," ujarnya.
Chairul Saleh (Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja di Kemenko Perekonomian) mengatakan pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang kemungkinan besar akan digantikan oleh AI. Contohnya, pekerjaan sebagai teller bank bisa digantikan oleh mesin ATM setor-tarik tunai dan internet banking. Selain itu, pekerjaan sebagai sopir juga terancam oleh perkembangan kendaraan otonom.
"Banyak pekerjaan baru akan muncul di sektor teknologi dan pengembangan AI, seperti data programming dan AI computing," katanya.
Sementara itu Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan teknologi AI akan memicu tren pergeseran kemampuan dan pekerjaan, termasuk membuat jutaan pekerjaan hilang. Namun, AI juga akan menghadirkan 69 juta pekerjaan baru dan ada sebanyak 22,1 persen total pekerja Indonesia memanfaatkan AI dan 26,7 juta pekerja terbantu oleh AI.
“Jadi memang inilah dilema dari kemajuan teknologi, tetapi kita harus optimis. Nanti ada pekerjaan yang hilang, tetapi akan ada pekerjaan baru muncul,” kata Budi saat ditemui seusai acara Google AI untuk Indonesia Emas 2045 di Jakarta.
Budi mengatakan Indonesia harus optimistis memasuki era AI, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia harus beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Masyarakat harus mengambil pelatihan berbasis keterampilan dengan mempertimbangkan kebutuhan industri yang bertumbuh pada AI dan mengikuti pelatihan pada platform pembelajaran online, workshop, dan inisiatif kolaboratif antara lembaga pendidikan dan industri.
“Yang penting dari AI adalah tidak against people and humanity, manusia dan kemanusiaan. Itu yang harus kita jaga,” jelasnya.
Berdasarkan data World Economic Forum Report & LinkedIn (2023), ada sejumlah profesi di bidang AI yang diminati ke depan. Mereka di antaranya AI and machine learning specialist, agricultural equipment operators, robotics engineers, database architects, dan sustainability specialists.
Baca Juga: Apa saja Fitur AI Vivo X Fold3 Pro yang Baru Meluncur di Indonesia?
Baca Juga: Chatbot AI Sendbird Bantu Merchant Shopify Perkuat Hubungan Pelanggan
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR