Sekitar 33% responden mengatakan jumlah tenaga kerja mereka berkurang karena adopsi AI, namun 29% justru melaporkan peningkatan jumlah tenaga kerja.
Implementasi AI dalam keamanan siber terus berlangsung dengan janji efisiensi yang lebih besar di masa depan. Oleh karena itu, Check Point menyarankan agar perusahaan merekrut lebih banyak orang untuk mengintegrasikan teknologi baru ini.
Survei ini juga memperlihatkan adanya perbedaan signifikan dalam pandangan tentang penggunaan AI generatif tanpa kontrol internal terhadap kualitas data dan kebijakan tata kelola. Sebanyak 44% tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sementara 37% menyatakan setuju atau sangat setuju. Perbedaan ini, menurut Check Point, menunjukkan kurangnya konsensus atau kesadaran akan pentingnya kontrol internal dalam penggunaan AI.
Survei ini memperlihatkan bahwa AI dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan siber dan melindungi aset karena kemampuannya dalam otomatisasi tugas-tugas repetitif, meningkatkan deteksi ancaman, dan memberikan nilai tambah kepada pelanggan.
Namun, untuk mencapai potensi penuh AI, integrasi yang hati-hati dan tata kelola yang tepat mutlak diperlukan. Dengan demikian, AI dapat digunakan secara bertanggung jawab dan efektif dalam mendukung keamanan siber yang lebih kuat di masa mendatang.
Baca juga: AI Lawan atau Kawan Keamanan Siber? Ini Panduan Trend Micro untuk CISO
Baca juga: Bos Softbank Prediksi AI Bakal Kalahkan Kecerdasan Manusia, Kapan?
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR