Cloudflare, perusahaan penyedia layanan infrastruktur internet dan keamanan situs web meluncurkan alat baru untuk mencegah bot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mengambil data dari situs web untuk melatih model AI. Cloudflare memastikan alat itu tersedia gratis khusus untuk situs web yang di-hosting di platform Cloudflare.
Cloudflare berfungsi sebagai penghubung antara pengunjung situs atau aplikasi dengan hosting, mengamankan dan meningkatkan kecepatan transfer data antar server. Beberapa vendor AI, termasuk Google, OpenAI, dan Apple, mengizinkan pemilik situs web memblokir bot mereka dengan mengubah robot.txt, yang memberi tahu bot halaman mana yang boleh dikunjungi.
Menurut Cloudflare, tidak semua pemilik situs web ingin dikunjungi oleh bot AI terutama yang beroperasi diam-diam dan khawatir perusahaan AI akan mencoba menghindari deteksi bot sehingga menyediakan alat pemblokir bot. Sebelum meluncurkan alat ini, Cloudflare menganalisis lalu lintas bot AI dan program perayap untuk mengembangkan teknologi yang secara otomatis mendeteksi bot.
Model deteksi bot Cloudflare akan memeriksa apakah bot AI mencoba menyamar sebagai pengguna web biasa. Cloudflare mencatat alat dan kerangka kerja yang digunakan oleh perayap situs untuk deteksi lalu lintas bot AI yang berusaha menghindari pengawasan seperti dikutip Tech Crunch.
Cloudflare juga menyediakan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan dugaan bot AI, dan seiring waktu, bot yang teridentifikasi akan ditambahkan ke daftar hitam secara manual. Bot AI semakin berkembang dengan penggunaan AI generatif seperti ChatGPT dan Copilot, membuat banyak situs web semakin waspada terhadap model pelatihan AI yang menggunakan materi tanpa izin atau kompensasi. Penelitian menunjukkan sekitar 26 persen dari 1.000 situs teratas di internet telah memblokir bot OpenAI, dan 600 penerbit berita juga ikut memblokir bot tersebut.
Blokir Ancaman Siber
Cloudflare, Inc, perusahaan cloud konektivitas terkemuka, menerbitkan Laporan Status Keamanan Aplikasi 2024. Temuan dari laporan tahun ini mengungkapkan bahwa tim keamanan dalam organisasi-organisasi sedang mengalami kesulitan dalam mengatasi risiko yang terjadi akibat ketergantungan terhadap aplikasi modern yaitu teknologi yang mendasari semua situs yang saat ini paling banyak digunakan.
Laporan tersebut menyoroti jumlah ancaman yang berasal dari masalah rantai pasokan perangkat lunak, meningkatnya jumlah serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS) dan bot berbahaya, seringkali melampaui sumber daya yang dimiliki oleh tim keamanan aplikasi khusus.
Dunia digital era saat ini dijalankan dengan aplikasi web dan API. Aplikasi tersebut memungkinkan situs e-commerce untuk menerima pembayaran, sistem layanan kesehatan untuk berbagi data pasien dengan aman, serta mendukung aktivitas yang kita lakukan di ponsel. Namun, semakin kita mengandalkan aplikasi ini maka semakin besar pula permukaan serangan yang terjadi.
Lebih parahnya lagi, pengembang meminta agar segera dihadirkan fitur-fitur baru—misalnya, kemampuan yang didukung oleh AI generatif. Namun jika dibiarkan tidak terlindungi, aplikasi yang dieksploitasi dapat mengakibatkan gangguan bisnis, kerugian finansial, dan kerusakan infrastruktur penting.
“Aplikasi Web jarang dibuat dengan mempertimbangkan keamanan. Meski demikian, kita menggunakannya setiap hari untuk berbagai fungsi penting sehingga menjadi sasaran empuk bagi para peretas,” ujar Matthew Prince, salah satu pendiri dan CEO Cloudflare.
“Jaringan Cloudflare setiap hari memblokir rata-rata 209 miliar ancaman siber terhadap pelanggan kita. Lapisan keamanan pada aplikasi di era saat ini telah menjadi salah satu bagian terpenting untuk menjamin keamanan Internet," katanya.
Baca Juga: Fitur AI Terbaru WhatsApp ini Bantu Pengguna Bikin Avatar Pribadi
Source | : | Tech Crunch |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR