Kecanggihan konektivitas yang ada saat ini tidak hanya membawa manfaat bagi bisnis, tapi juga bisa menjadi ancaman. PT Multipolar Technology Tbk. menawarkan solusi ini untuk mengatasinya.
Berkat kemajuan dalam hal konektivitas, kerja di mana saja dan kemudahan mengakses informasi bagi pelanggan pun menjadi hal yang lumrah saat ini. Tren ini tidak saja mempermudah dan mempercepat proses, tapi juga meningkatkan kinerja serta menekan biaya proses bisnis.
Namun multi konektivitas oleh para karyawan dan pelanggan ini belum tentu aman. Bukan tidak mungkin jika koneksi yang digunakan karyawan dan pelanggan untuk mengakses situs web dan aplikasi perusahaan dari luar jaringan kantor justru mengandung malware. Pada gilirannya, malware ini menjadi jalan bagi para penjahat siber untuk melancarkan aksinya mencuri data-data perusahaan.
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara, jumlah serangan siber yang dialami Indonesia selama 2023 mencapai 400 juta kali. Dari jumlah itu, 53% di antaranya menyerang situs instansi pemerintah, 11% lembaga keuangan, dan sisanya (36%) berbagai industri lainnya. Sebanyak 54% dari serangan itu datang berupa ransomware, 23% berupa phishing, 13% berupa social engineering, dan 10% berupa serangan lainnya.
Sementara kasus kebocoran data di Indonesia pun berulang kali terjadi. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, sejak 2019 sudah ada 79 kasus terjadi pencurian data di dalam negeri. Pada 2022, misalnya, terjadi pencurian 1,3 miliar data registrasi SIM card prabayar masyarakat Indonesia. Kasus ini diklaim sebagai ulah hacker Bjorka.
Selanjutnya pada tahun 2023, ada juga kasus kebocoran data yang melibatkan nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI). Dalam kasus ini, Lockbit mengeklaim ada 1,5 TB data pribadi nasabah yang berhasil dicuri. Masih di tahun yang sama, kebocoran data kembali terjadi. Hacker Bjorka berhasil mengambil 34 juta data paspor.
Melihat tren ini, PT Multipolar Technology Tbk., anak perusahaan PT Multipolar Tbk. menyarankan perusahaan-perusahaan menggunakan infrastruktur jaringan yang mendorong konektivitas secara optimal dan aman dari sisi bahaya siber, misalnya Cisco Secure Access Service Edge (SASE).
“Saat ini, mayoritas infrastruktur jaringan perusahaan tidak dirancang untuk pola kerja hybrid sehingga kinerjanya tak maksimal,” ungkap Director Hybrid Infrastructure Services Business Multipolar Technology Yohan Gunawan dalam seminar Enhancing Security and Connectivity Across All Clouds with Cisco Secure Service Edge yang digelar Multipolar Technology di Shangri-La Jakarta, Selasa pekan lalu.
Untuk menjawab tantangan itu, Cisco SASE menggabungkan fungsi jaringan dan keamanan secara terpadu agar dapat mendukung konektivitas layanan bisnis perusahaan yang aman dan optimal. Ada dua teknologi yang mendukung fungsi tersebut. Pertama adalah Cisco SD-WAN yang bertugas mengelola lalu lintas jaringan berbasis multicloud sehingga dapat berjalan lebih cepat dan lebih baik.
Fitur Multiprotocol Label Switching (MPLS) pada Cisco SD-WAN memiliki kemampuan memilihkan rute lalu lintas ke situs web atau aplikasi perusahaan melalui jalur tercepat secara otomatis. Fitur ini disebut Multipolar Technology cocok untuk mengakomodasi kebutuhan perusahaan dengan cabang atau site, layanan, dan pelanggan yang banyak, serta kesibukan lalu lintas jaringan yang tinggi.
Teknologi kedua yang dibenamkan pada Cisco SASE adalah Cisco Secure Access. Karena lalu lintas jaringan berasal dari mana saja (karyawan dan pelanggan), melibatkan perangkat apa saja (PC, laptop, dan smartphone), ke jaringan apa saja (situs web, aplikasi), maka Cisco Secure Access berperan penting dalam menjaga keamanannya. Harus dipahami betul bahwa tidak semua koneksi yang digunakan karyawan dan pelanggan di luar jaringan kantor itu aman dari bahaya siber.
Menurut Yohan, Cisco Secure Access tergolong teknologi keamanan cloud terkonvergensi yang bersifat Zero Trust. Artinya, semua lalu lintas jaringan dianggap tidak bisa dipercaya. Teknologi tersebut dilengkapi fitur Secure Web Gateway (SWG), Cloud Access Security Broker (CASB) dan DLP, Zero Trust Network Accesss (ZTNA), Firewall-as-a-Services (FaaS) yang sudah dilengkapi dengan teknologi IPS.
Yang menarik, kini Cisco Secure Access dilengkapi fitur Cisco AI Assistant with Secure Access yang diklaim Cisco dapat mempercepat administrasi kebijakan hingga 70% dan mengurangi potensi kesalahan manusia semaksimal mungkin.
Fitur lain pada Cisco Secure Access adalah Experience Insights, dashboard untuk memantau user experience serta lalu lintas jaringan ke situs web dan aplikasi perusahaan; serta fitur-fitur keamanan lainnya.
Yohan mengatakan bahwa Cisco SASE dapat menjamin konektivitas melalui jaringan yang ada, baik di dalam kantor maupun di luar kantor, secara optimal serta aman dari ancaman siber. “Penerapan solusi ini tentunya akan mendukung aktivitas dan layanan bisnis secara aman dari mana saja,” ujar Yohan.
Ia juga menyebutkan bahwa Multipolar Technology selaku Cisco Gold Partner siap membantu jika perusahaan ingin mengimplementasikannya.
Baca juga: Atasi Kompleksitas Digitalisasi Bisnis, Multipolar Technology Tawarkan Solusi Hyperconverged
Baca juga: Hanya 12% Organisasi RI Siap Hadapi Serangan Siber, Ini Strategi Cisco
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR