Pengguna chatbot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT akan segera menikmati fitur baru "Mode Suara" yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI lewat suara. Fitur itu akan memberikan pengalaman pengguna yang lebih alami dan intuitif. Menurut The Sun, fitur Mode Suara akan diluncurkan minggu depan secara eksklusif untuk pelanggan ChatGPT Plus.
Mode Suara didukung oleh model bahasa terbaru OpenAI, GPT-4o, yang dikenal dengan kemampuannya yang sangat canggih. Salah satu fitur utamanya adalah terjemahan real-time yang memungkinkan pengguna berbicara dalam bahasa berbeda untuk berkomunikasi langsung melalui ChatGPT.
Fitur itu akan membuat interaksi dengan ChatGPT terasa lebih seperti percakapan manusia. Fitur itu juga akan sangat bermanfaat bagi pengguna dengan keterbatasan fisik atau yang lebih suka berinteraksi secara verbal. Kemampuan terjemahan real-time dapat meningkatkan produktivitas dalam berbagai situasi, seperti rapat bisnis internasional atau pembelajaran bahasa.
Seiring perkembangan teknologi AI, diharapkan kemampuan Mode Suara akan semakin canggih, termasuk kemampuan memahami nuansa bahasa, emosi, dan konteks yang lebih kompleks. Mode Suara berpotensi membuka berbagai aplikasi baru, seperti asisten virtual yang lebih cerdas, alat pembelajaran bahasa yang lebih efektif, dan bahkan teman virtual.
Namun, pengumpulan data suara menimbulkan kekhawatiran terkait privasi, sehingga penting bagi OpenAI untuk memastikan perlindungan data pengguna yang baik. Selain itu, terlalu bergantung pada AI dapat mengurangi kemampuan manusia untuk berkomunikasi secara langsung. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan penggunaan AI dengan interaksi manusia yang nyata.
Habiskan Banyak Uang
OpenAI harus mengeluarkan biaya besar senilai USD 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliu nuntuk melatih model artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan seperti GPT-4o. CEO Anthropic AI Dario Amodei memprediksi biaya yang harus dikeluarkan OpenAI dalam melatih model AI GPT series bisa mencapai USD 10 miliar hingga USD 100 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
"Saat ini biaya yang dibutuhkan sekitar USD100 juta. Bahkan, ada model AI yang sedang dalam pelatihan biayanya mendekati satu miliar. Saya pikir biaya pelatihan model AI akan mencapai 10 atau 100 miliar pada 2025 - 2027, dan peningkatan algoritma terus berlanjut," kata Amodei, seperti dikutip dari Tom's Hardware.
Sebagian besar biaya pelatihan AI dihabiskan untuk hardware seperti GPU yang digunakan di pusat data. Tahun lalu, OpenAI dilaporkan menggunakan lebih dari 30.000 GPU untuk melatih ChatGPT, dengan total biaya mencapai USD 100 juta. Penggunaan GPU untuk pusat data diprediksi akan meningkat tajam di masa mendatang. Belum lama ini Elon Musk ingin membeli 300.000 chip Nvidia B2 untuk melatih chatbot Grok, sementara OpenAI dan Microsoft berencana membangun pusat data AI senilai USD 100 miliar.
Selain itu, perusahaan AI juga menghadapi biaya tinggi untuk listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan pusat data dan infrastruktur lainnya. Total konsumsi listrik dari semua GPU pusat data tahun lalu diperkirakan sebesar 14.348 GWh, setara dengan konsumsi 1,3 juta rumah. Pemerintah AS telah memperingatkan perusahaan AI mengenai kebutuhan listrik yang meningkat ini, dan Microsoft bahkan berencana membangun reaktor nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik pusat datanya.
OpenAI dan News Corp yang memiliki The Wall Street Journal, MarketWatch, The Sun, dan lainnya telah mencapai kesepakatan multi-tahun untuk menampilkan berita di ChatGPT. Sebagai gantinya, OpenAI akan mendapatkan akses ke konten terbaru dan arsip dari publikasi News Corp serta menggunakan datanya untuk melatih model AI.
Baca Juga: Patuhi Regulasi AS, Apple Siap Kembangkan Teknologi AI yang Aman
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR