Menggunakan solusi dari SAP, PT ABM Investama Tbk. meningkatkan kemampuan mengelola dan menganalisis data untuk bisnis yang lebih sustainable.
Fluktuasi harga batubara di tahun 2018 menjadi satu titik balik bagi PT ABM Investama Tbk. untuk mencapai profitabilitas dan mewujudkan bisnis yang lebih sustainable atau berkelanjutan. Hal itu, dijelaskan oleh Ahmad Salman Rida, Group Head, Digital & Analytics, PT ABM Investama Tbk., dilakukan dengan meningkatkan efisiensi operasional melalui implementasi teknologi digital dan penggunaan data yang berkualitas.
“Jangan sampai ketika harga (batubara) meroket, kita profit. Tapi begitu (harga) jelek kita tidak profit. Satu satunya hal yang bisa membuat kita lebih sustainable adalah kita harus membuat prosesnya lebih efisien,” jelas Ahmad.
Untuk meningkatkan efisiensi di area operation ini, tim Digital & Analytics bekerja sama dengan tim Business Process Improvement yang menerapkan metode Six Sigma (Black Belt, Green Belt) untuk mengidentifikasi proses-proses yang perlu diperbaiki/ditingkatkan efisiensinya dengan standardisasi dan digitalisasi.
Ahmad menjelaskan, dalam menentukan area yang perlu didigitalisasi, prioritas diberikan pada area yang memberikan manfaat terbesar. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa sumber daya dialokasikan ke area yang memberikan dampak maksimal pada efisiensi dan profitabilitas.
Peningkatan efisiensi dan kinerja secara menyeluruh baru bisa dilakukan ketika tersedia data-data yang memadai dan akurat.
Sebelumnya, menurut Ahmad, perusahaan tidak memiliki data-data yang memadai untuk melakukan analisis mendetail, misalnya ketika ada penurunan kinerja dalam periode tertentu. “Data yang ada sangat high level, misalnya data closing keuangan, sehingga kita tidak tahu secara pasti mengapa ada penurunan,” jelasnya. Akibatnya, dulu, alasan penurunan kinerja mungkin ditimpakan pada faktor umum seperti cuaca (hujan).
Setelah bertransformasi digital, ABM Investama dapat melakukan analisis data yang lebih rinci dan memungkinkan identifikasi masalah spesifik, seperti keterlambatan servis alat atau konsumsi bahan bakar yang tidak efisien.
Cara Atasi Tantangan SDM
Dalam wawancara khusus di sela-sela acara SAP Now SEA 2024 di Singapura, Ahmad juga membahas tantangan yang dihadapi ABM Investama dalam mengelola transisi teknologi. Sebagai perusahaan tambang yang umumnya berlokasi di area-area terpencil, keterbatasan infrastruktur jaringan menjadi tantangan. Namun hal teknis ini, menurut Ahmad, bisa dengan lebih mudah diatasi dengan teknologi yang ada.
Tantangan lain yang lebih pelik datang dari sumber daya manusianya karena karakteristik yang relatif berbeda. Salah satunya, menurut Ahmad, adalah dalam pemahaman teknologi dan gadget. “Namun mereka akan lebih mudah kita yakinkan jika sosialisasinya dilakukan dengan benar,” imbuh Ahmad.
Untuk mengatasi tantangan ini, ABM Investama menerapkan manajemen perubahan yang komprehensif, termasuk upaya mencari change agent yang tepat, mengidentifikasi “celah” untuk memasukkan sosialisasi dan membuat karyawan tertarik.
Melalui strategi komunikasi yang efektif, ABM juga memastikan bahwa teknologi dipersepsikan sebagai bantuan, bukan beban. Salah satu strategi yang menarik adalah menggunakan gamifikasi dan kompetisi. Ahmad mencontohkan salah satu program yang dibuat adalah "Champions League” untuk para operator di lapangan. Program ini dibuat untuk meningkatkan motivasi dan kompetisi di antara para operator. Menurut Ahmad, penghargaan dan pengakuan, meskipun kecil, meningkatkan keterlibatan dan produktivitas para karyawan.
Memanfaatkan Solusi SAP di Cloud
Untuk mengelola data dan operasional yang lebih efisien dan terintegrasi, serta melakukan analitik, PT ABM Investama Tbk. memanfaatkan solusi dari SAP dan telah beralih dari solusi SAP on premises ke cloud. Ahmad Salman Rida menjelaskan, ABM saat ini menggunakan beberapa modul dari SAP Rise S/4HANA, termasuk FICO (Finance and Controlling), SCM (Supply Chain Management), dan Plant Maintenance untuk mengelola suku cadang dan alat, serta modul Sales & Distribution.
“Untuk dashboard, kami gunakan SAP Analytics on Cloud, dan untuk human capital management, kami manfaatkan SAP SuccessFactors,” jelas Ahmad.
Kemudian seluruh data dari sistem SAP tersebut dipertemukan dengan data operasional pertambangan di SAP Data Sphere. Selanjutnya, Ahmad menjelaskan, data-data yang ada di Data Sphere tersebut akan ditampilkan di SAP Digital Boardroom sebagai insight dan analisis yang bersifat high-level untuk membantu proses pengambilan keputusan. Sebagai informasi, SAP Data Sphere dan SAP Digital Boardroom merupakan bagian dari SAP Business Technology Platform.
Dengan bertransisi ke cloud, ABM Investama memperoleh sejumlah manfaat, seperti kemampuan mengakses informasi penting 90% lebih cepat, membuat laporan manajemen aset dalam waktu 40 menit, yang sebelumnya memakan waktu 7 jam; mengurangi ukuran database sebesar 85% melalui migrasi dan pembersihan data selektif; dan mengonsolidasikan kode perusahaan di SAP sebesar 47%.
Yang menarik, ABM Investama berhasil meraih predikat runner up SAP Customer Excellence Awards untuk kategori Next Gen Innovator di ajang SAP NOW Asia Tenggara 2024 beberapa waktu lalu. Penghargaan ini diperoleh berkat inovasi ABM Investama dengan advanced event mesh pada SAP Integration Suite sehingga dapat meningkatkan efisiensi proses perekrutan dan onboarding karyawan.
“Dengan kemampuan ini, begitu ada karyawan baru yang diterima, data-data karyawan tersebut langsung dikirim ke semua sistem yang relevan secara otomatis dan seamless,” jelas Ahmad.
Selain itu, penghargaan juga diberikan karena ABM Investama berhasil mengintegrasikan data-data dari operation dan sistem SAP untuk ditampilkan di Digital Boardroom.
Kembangkan Dua Kemampuan
Ke depannya, menurut Ahmad Salman Rida, inovasi yang akan dikembangkan adalah kemampuan prescriptive analytics.
Ia menjelaskan, dalam bisnis tambang, komponen biaya terbesar ada pada pembelian atau sewa alat, pemeliharaan alat, dan bahan bakar. “Tiga hal inilah yang benar-benar kita perlu jaga cost-nya, jangan sampai meledak,” kata Ahmad. Sebagian dari tantangan itu terjawab dengan kemampuan predictive analytics yang telah dipunyai ABM Investama, misalnya untuk memprediksi kerusakan alat.
Selangkah lebih maju, ABM Investama sedang mengembangkan kemampuan prescriptive analytics dan digital twin. Tujuannya adalah mempercepat proses pengambilan keputusan dan memberikan rekomendasi tindakan yang harus diambil.
Pasalnya, menurut Ahmad, perusahaan berpotensi mengalami kerugian finansial yang besar jika terlambat mengambil keputusan. Ia mengilustrasikan, keterlambatan keputusan hingga 6 jam bisa berakibat pada kehilangan 1/4 dari pendapatan harian perusahaan yang nilainya mencapai jutaan dolar AS.
Kemampuan prescriptive analytics dan digital twin ini disebut Ahmad Salman Rida sebagai target yang ingin dicapai dalam perjalanan transformasi digital ABM Investama di tahun 2025.
Baca juga: SAP: Manfaatkan Momentum Cloud untuk Mengakselerasi Inovasi AI
Baca juga: Ini Strategi SAP untuk Bantu Pelanggan Akselerasi Inovasi AI
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR