TikTok memperkenalkan fitur baru berupa obrolan grup yang dapat menampung hingga 32 pengguna. Fitur itu memungkinkan pengguna berbagi konten TikTok dengan teman dan keluarga tanpa perlu membuka aplikasi pesan terpisah. Untuk membuat obrolan grup, pengguna cukup menekan tombol "Inbox", lalu memilih "Chat" dan menambahkan teman yang ingin dimasukkan ke dalam grup sebelum memulai obrolan.
Namun, pengguna hanya dapat bergabung dalam obrolan grup jika diundang oleh seseorang yang mereka ikuti. Selain itu, jika seseorang tidak diizinkan untuk mengirim pesan, mereka tidak akan menerima undangan grup.
Bagi pengguna remaja di bawah usia 18 tahun, aturan sedikit berbeda. Mereka hanya bisa bergabung dalam obrolan grup jika setidaknya satu anggota grup sudah mengikuti akun mereka. Pembuat obrolan grup remaja juga harus meninjau dan menyetujui secara manual siapa saja yang ingin bergabung seperti dikutip The Verge.
Meski TikTok sempat menonaktifkan fitur pesan langsung (DM) untuk pengguna di bawah 16 tahun pada tahun 2020, kini semua pengguna dapat menerima pesan dari siapa saja. Selain itu, TikTok juga merilis fitur stiker khusus yang dapat dibuat dan diunggah oleh pengguna berusia 18 tahun ke atas.
Sementara itu TikTok yang dimiliki ByteDance rutin membayar Microsoft senilai 20 juta dolar AS atau sekitar Rp322 miliar per bulan untuk mengakses model artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan OpenAI melalui layanan cloud Microsoft, Azure. OpenAI dan Microsoft sendiri telah bermitra sejak 2019 serta Azure menyediakan infrastruktur cloud untuk keperluan teknologi AI OpenAI. Informasi ini diungkap oleh seorang sumber industri kepada The Information minggu lalu.
Dengan demikian, TikTok dapat mengakses model AI ChatGPT milik OpenAI melalui layanan cloud Azure. Kabarnya, biaya langganan ini berkontribusi sekitar 25 persen dari pendapatan Microsoft di bidang AI. Menurut berbagai laporan, ini mungkin terkait dengan langkah TikTok untuk mengembangkan model AI baru berbasis LLM (large language model) dari OpenAI. Jika LLM TikTok terwujud, mereka tidak perlu membayar jutaan dolar AS kepada Microsoft untuk memanfaatkan AI di platform mereka.
Namun, menurut dokumen internal yang diungkap oleh TheVerge, TikTok diduga mengembangkan model AI ini secara diam-diam tanpa sepengetahuan Microsoft atau OpenAI. Hal itu menjadi masalah karena OpenAI melarang pembuatan model AI baru berdasarkan model yang sudah ada, seperti membuat model AI "X" dari GPT-4. Microsoft juga memiliki kebijakan serupa.
Namun, laporan The Information menunjukkan bahwa TikTok pernah menjadi penyumbang besar pendapatan bisnis AI Microsoft. Pendapatan bisnis AI Azure Microsoft pada kuartal keempat tahun fiskal 2024 meningkat 29 persen dari tahun sebelumnya, kemungkinan didorong oleh pembayaran dari TikTok.
Baca Juga: Apple Bakal Gratiskan Layanan Apple Intelligence hingga 2027
Source | : | The Verge |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR