Seorang pakar Wall Street memperingatkan bahwa Implementasi teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan berpotensi menimbulkan keresahan sosial. "AI memiliki potensi besar untuk keuntungan ekonomi tetapi dampak sosialnya juga sangat mengkhawatirkan," kata Armen Panossian, CEO Oaktree Capital seperti dikutip NYPost.
Ia menyoroti risiko bahwa banyak pekerja yang hidup dari gaji ke gaji bisa kehilangan pekerjaan dan tidak siap menghadapi perubahan ekonomi yang dibawa oleh AI. Pernyataan Panossian ini sejalan dengan prediksi berbagai studi yang menunjukkan bahwa AI dapat secara drastis mengubah pasar tenaga kerja global.
Misalnya, laporan Goldman Sachs memperkirakan bahwa AI generatif bisa mempengaruhi 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global, sementara laporan McKinsey pada 2017 memprediksi bahwa hingga 800 juta pekerjaan bisa terotomatisasi pada tahun 2030, memaksa ratusan juta orang untuk berganti pekerjaan atau belajar keterampilan baru.
"Jika langkah-langkah pelatihan ulang tidak diambil, akan terjadi peningkatan kesenjangan antara yang kaya dan miskin," katanya.
Selain itu, ia menyarankan agar investor berhati-hati terhadap lonjakan nilai saham AI, karena ia melihat potensi spekulasi yang mirip dengan gelembung dot-com pada akhir 1990-an.
Pendiri Tesla dan SpaceX berkali-kali mengungkapkan khawatirannya tentang penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tanpa adanya regulasi yang ketat dan kontrol. Dalam peluncuran startup AI terbaru xAI, Elon Musk menilai teknologi AI memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan yang paling mengganggu dalam sejarah.
"Kita akan memiliki sesuatu yang untuk pertama kalinya, lebih cerdas daripada manusia yang paling cerdas. Akan ada satu massa, manusia tidak dibutuhkan lagi dalam pekerjaan. AI akan menyebabkan pengangguran massal di masa depan," katanya.
Musk mengungkapkan manusia masih bisa bekerja tetapi hanya untuk kepuasan pribadi bukan untuk mencari gaji mencukupi kehidupan di masa depan. Perkembangan teknologi AI akan sangat masif dan semakin pintar di masa depan sehingga AI mampu melakukan segalanya.
"Suka tidak suka, AI akan menggantikan pekerjaan kita dan mampu melakukan segalanya," ujarnya.
Sebelumnya Musk berulang kali memperingatkan tentang ancaman yang ditimbulkan oleh AI terhadap umat manusia bahkan Musk mengatakan AI lebih berbahaya daripada senjata nuklir. Musk juga tergabung dalam kelompok pemimpin teknologi yang meminta pengembangan AI diberhentikan sementara.
Sisi Positif dan Negatif AI
Suka tidak suka, teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan memegang peranan penting dalam pengembangan inovasi teknologi di masa depan.Teknologi AI akan menghadirkan solusi yang murah, cepat dan efisien sehingga memudahkan pekerjaan manusia.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengungkapkan sisi positif dan negatif penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di masyarakat. Meskipun AI menghadirkan banyak manfaat, ada beberapa hal yang diwaspadai dari penggunaan AI
"Teknologi AI dapat digunakan penjahat membuat senjata kimia dan biologi dengan sangat mudah. Bahkan, ada satu waktu masyarakat tidak bisa mengendalikan AI sehingga teknologi itu tidak dapat dimatikan dengan mudah," katanya.
Sebaliknya, teknologi AI dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi dan produktivitas yang besar walaupun AI juga berdampak negatif ke dalam dunia kerja. Hal itu dikarenakan banyak pengusaha yang beralih menggunakan tenaga robot atau sistem berbasis AI yang murah daripada menggunakan jasa manusia. Dampaknya, banyak pengangguran dan kecilnya terbuka lapangan kerja baru.
"AI mampu mengambil alih tugas-tugas administratif yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Kita harus mendorong pendidikan sebagai solusi utama untuk mempersiapkan masyarakat," katanya seperti dikutip CNBC.
Namun, AI akan membawa transformasi sebanding dengan revolusi industri, perkembangan listrik, atau munculnya internet. Meskipun otomasi AI mengubah beberapa jenis pekerjaan, itu tidak berarti AI akan menggantikan pekerjaan manusia.
"Kita harus memandang teknologi sebagai alat bantu dalam beraktivitas sehari-hari di tempat kerja, daripada sebagai ancaman langsung terhadap pekerjaan manusia," ujarnya.
AI Gantikan Manusia?
Teknologi AI (artificial intelligence) kini semakin sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit pula yang khawatir dengan AI karena dapat melakukan berbagai pekerjaan yang dilakukan manusia. Lantas, apakah AI benar-benar bisa menggantikan pekerjaan manusia?
Sawitri, Indonesia Country Marketing Manager, JobStreet by SEEK, mengatakan “Pertanyaan yang paling umum: apakah AI dapat menggantikan pekerjaan manusia? Ya dan tidak, tergantung dari jenis pekerjaannya.”
Menurut Sawitri, ada beberapa pekerjaan yang terdampak secara besar oleh AI, tetapi ada juga yang terdampak minim. “AI dapat mengambil alih pekerjaan yang berfokus pada pemrosesan data ataupun tugas yang berulang, seperti pengisian data (data entry) serta pembuatan konten (content creation). Sedangkan pekerjaan yang melibatkan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah kompleks, interaksi manusia serta hal yang berhubungan dengan moral dan etika tidak bisa digantikan oleh AI,” jelas Sawitri saat presentasi di TechInAsia Conference 2023 dengan topik ‘Jobscape of Tomorrow’.
Meski AI dapat menimbulkan dampak ke beberapa jenis pekerjaan, Sawitri juga melihat bahwa AI dapat menciptakan pekerjaan baru. “Misalnya (pekerjaan) untuk mengembangkan, mengoptimalkan, dan mengawasi keamanan AI,” sambung Sawitri.
Lima Sektor yang Akan Buka Lapangan Kerja Terbesar
Sawitri dalam presentasinya juga memaparkan mengenai tren pekerjaan di Indonesia. Ia mengatakan, “Ada lima sektor yang akan membuka lapangan kerja terbesar di Indonesia, yakni F&B, Retail, Bank dan Keuangan, Manufaktur, dan Teknologi.”
“Kami juga melihat kebangkitan sektor teknologi di Indonesia, diikuti dengan perubahan fokus bisnis yang mengedepankan profitabilitas dan produktivitas. Sehingga pencapaian ROI dalam SDM teknologi menjadi penting, diikuti optimalisasi SDM dengan perampingan jumlah karyawan yang disertai peningkatan kapasitas karyawan, serta perubahan strategi perekrutan secara global guna mencapai produktivitas perusahaan. Bahkan di sektor lain di luar teknologi, transformasi digital dalam bisnis sudah menjadi keharusan agar perusahaan dapat terus tumbuh,” lanjutnya.
SEEK di Asia mengoperasikan platform JobStreet dan JobsDB yang didedikasikan untuk menghubungkan profesional dengan peluang karir yang tepat. Di Indonesia sendiri, saat ini SEEK telah memiliki basis pengguna sebanyak lebih dari 15 juta profesional.
Baca Juga: Apple Bakal Gratiskan Layanan Apple Intelligence hingga 2027
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR