YouTube baru-baru ini memperkenalkan alat berbasis AI generatif bernama Veo yang memudahkan kreator membuat video pendek enam detik menggunakan teks sebagai prompt. Veo adalah pengembangan dari fitur Dream Screen, dan memungkinkan integrasi video serta gambar AI ke dalam YouTube Shorts, memanfaatkan teknologi dari Google DeepMind.
Salah satu kemampuan utama Veo adalah menciptakan latar belakang video berbasis AI yang bisa ditambahkan ke Shorts, dan memungkinkan pembuatan klip video enam detik secara otomatis. Alat ini diperkirakan akan tersedia pada akhir 2024.
Beberapa kreator populer, seperti Adrian Bliss dan musisi d4vd, telah memanfaatkan Veo untuk menciptakan konten kreatif. Namun, muncul kekhawatiran terkait kepemilikan konten yang dihasilkan oleh AI serta potensi pelanggaran hak kekayaan intelektual. YouTube berencana memberikan label khusus untuk konten yang dibuat dengan bantuan AI sebagai langkah antisipasi.
Meskipun demikian, YouTube berharap Veo dapat mempercepat proses kreatif para kreator dengan menyediakan alat yang lebih canggih, menghadirkan peluang baru dalam ekonomi kreator berbasis AI. CEO YouTube Neal Mohan mengatakan monetisasi kreator akan tetap sama, tetapi tidak memberikan jawaban pasti mengenai siapa yang memiliki hak atas konten yang dihasilkan oleh AI. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa konten yang dihasilkan oleh AI dapat melanggar perlindungan hak kekayaan intelektual.
"Kami akan menandai konten yang dihasilkan oleh AI dengan label khusus untuk memberi tahu penonton bahwa konten tersebut dibuat dengan bantuan AI," katanya.
Dengan peluncuran Veo, YouTube berharap dapat memberikan alat yang lebih canggih bagi para kreator untuk mengembangkan ide-ide kreatif mereka dengan lebih cepat dan efisien. Generative AI memberikan perspektif baru dalam ekonomi kreator, memungkinkan mereka untuk mengakses alat yang sebelumnya hanya tersedia bagi model bahasa besar.
Fitur AI Hype
YouTube meluncurkan fitur baru bernama Hype yang akan membantu kreator kecil memperluas jangkauan audiens. Dengan fitur ini, kreator tidak lagi harus sepenuhnya mengandalkan algoritma, pencarian, atau kolaborasi untuk meningkatkan jumlah penonton. "Hype memungkinkan komunitas mengekspresikan dukungan mereka kepada kreator baru," kata Angaly Kaba, Direktur Manajemen Produk YouTube seperti dikutip Tech Crunch.
Dalam acara Made On YouTube, fitur itu memungkinkan penonton mempromosikan video kreator melalui tombol Hype, yang terletak di bawah tombol Like. Fitur ini tersedia untuk kreator dengan kurang dari 500 ribu pelanggan, dan semakin banyak hype yang diterima, semakin tinggi video tersebut akan muncul di papan peringkat 100 video teratas.
Untuk mencegah penyalahgunaan, pengguna hanya bisa memberikan hingga tiga hype per minggu. YouTube menciptakan fitur ini karena melihat antusiasme penggemar untuk mendukung kesuksesan kreator favorit mereka. Ke depan, YouTube juga akan memungkinkan pengguna membeli hype tambahan, yang bisa menjadi sumber pendapatan baru, meskipun belum diungkapkan pembagian pendapatan dari fitur ini.
Saat ini, dalam skema pembelian penggemar lain seperti Super Thanks, YouTube membagi pendapatan dengan rasio 70/30, di mana platform mengambil 30 persen. YouTube juga memberikan bonus khusus untuk kreator kecil dan menggandakan poin mereka untuk memberikan kesempatan bersaing dengan kreator besar. Video yang menerima banyak hype juga akan diberi lencana khusus.
Selama uji coba beta di Turki, Taiwan, dan Brasil, lebih dari 5 juta promosi video dilakukan di lebih dari 50.000 saluran. Pengguna berusia 18 hingga 24 tahun adalah kelompok paling aktif dalam menggunakan fitur ini.
Baca Juga: Singkirkan Apple, Xiaomi Jadi Pabrikan HP Terbesar Kedua di Dunia
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR