Survei terbaru Deloitte mengungkapkan bahwa Investasi dan antusiasme pada AI generatif makin menyala, tapi ada tantangan data dan risiko di depan mata. Sementara para pemimpin butuh bukti bukan janji.
Deloitte AI Institute baru saja membagikan laporan edisi ketiga "State of Generative AI in the Enterprise." Laporan ini mengungkapkan bagaimana organisasi mengadopsi dan menerapkan AI generatif/ Gen AI, serta cara mereka mengatasi hambatan untuk menciptakan nilai AI dalam skala besar.
Berdasarkan survei terhadap 2.770 responden tingkat direktur hingga C-suite dari 14 negara, semua organisasi yang disurvei sedang menguji coba atau menerapkan Gen AI.
Menurut Jim Rowan, Applied AI Leader and Principal, Deloitte Consulting LLP, begitu eksperimen dan penggunaan AI generatif mulai menunjukkan hasil yang positif, artinya kita berada pada momen penting untuk Gen AI.
“Di satu sisi, terdapat harapan tinggi dari para pemimpin organisasi, tetapi di sisi lain, mereka menghadapi berbagai tantangan seperti kualitas data, biaya investasi, pengukuran efektivitas, dan perubahan regulasi,” jelasnya.
Jim Rowan menekankan bahwa manajemen perubahan dan integrasi mendalam dalam organisasi sangat penting untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, mengungkap nilai, dan mempersiapkan masa depan Gen AI.
Costi Perricos, Generative AI Leader, Deloitte Global mengungkap hasil penelitian tentang manfaat utama AI generatif yang tidak sebatas peningkatan efisiensi, produktivitas, dan pengurangan biaya.
“Lebih dari separuh dari responden mencatat manfaat tambahan seperti peningkatan inovasi, perbaikan produk dan layanan, serta hubungan pelanggan yang lebih baik,” tegasnya.
Inilah temuan-temuan penting dari survei Deloitte:
Antusiasme menurun, use case berbasis nilai pangkal kesuksesan
Antusiasme terhadap Gen AI mulai menurun, tapi minat "tinggi" atau “sangat tinggi” masih dinyatakan oleh 63% eksekutif senior dan 53% dewan direksi. Namun angka tersebut sudah mengalami penurunan sejak survei Q1 2024. Banyak proyek Gen AI masih berada di tahap pilot, dengan 68% responden melaporkan bahwa organisasi mereka telah memindahkan 30% atau kurang dari eksperimen Gen AI ke produksi penuh.
Para eksekutif fokus pada manajemen data life cycle sebagai fondasi penerapan AI generatif
Sebanyak 75% organisasi meningkatkan investasi dalam manajemen data karena AI generatif. Namun, 55% organisasi menghindari beberapa use case Gen AI karena masalah data.
Organisasi melakukan modernisasi kemampuan data dengan meningkatkan keamanan (54%), memperbaiki kualitas data (48%), dan memperbarui kerangka tata kelola data (45%).
Menemukan keseimbangan antara mengelola risiko dan keberanian berinovasi
Tiga hambatan utama dalam penerapan AI generatif terkait risiko adalah kekhawatiran kepatuhan regulasi (36%), kesulitan mengelola risiko (30%), dan kurangnya model tata kelola (29%).
Untuk membangun kepercayaan dan penggunaan Gen AI yang bertanggung jawab, organisasi melakukan langkah-langkah, seperti membangun kerangka tata kelola (51%), memantau kepatuhan (49%), dan melakukan audit pada alat GenAI (43%).
Membuktikan manfaat dan hasil yang jelas dari penggunaan Gen AI
Meskipun organisasi mulai melewati tahap proof-of-concept, 41% kesulitan mengukur dampak Gen AI, dan hanya 16% yang membuat laporan rutin untuk CFO tentang manfaat yang diperoleh.
Seiring perkembangan aplikasi, pemimpin semakin enggan berinvestasi hanya berdasarkan visi ideal, sehingga pengukuran menjadi penting untuk mempertahankan dukungan eksekutif.
Untuk menunjukkan nilai, organisasi menggunakan KPI untuk mengevaluasi kinerja GenAI (48%), membangun kerangka evaluasi investasi (38%), dan melacak perubahan produktivitas karyawan (38%).
Baca juga: AWS: Adopsi AI Generatif Dimulai dari Permasalahan Bisnis, Bukan Teknologi
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR