Huawei mendaftarkan paten untuk teknologi baterai solid-state terbaru dengan perpaduan bahan elektrolit padat berbasis sulfida, yang merupakan komponen penting untuk baterai lithium-ion generasi mendatang. Teknologi itu dirancang untuk mengatasi tantangan degradasi elektrolit cair, meningkatkan masa pakai, keamanan, dan kinerja baterai, terutama untuk kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi.
Elektrolit padat berbasis sulfida milik Huawei memiliki sejumlah keunggulan, seperti kepadatan energi tinggi, kemampuan pengisian dan pengosongan cepat, serta kinerja yang baik pada suhu rendah. Selain itu, teknologi ini juga menawarkan keamanan lebih baik dengan mengurangi risiko thermal runaway yang sering terjadi pada baterai lithium-ion tradisional.
Kemajuan teknologi baterai solid-state ini mendukung upaya global untuk solusi energi berkelanjutan dan memenuhi permintaan baterai berkinerja tinggi. Inovasi ini berpotensi mempercepat adopsi kendaraan listrik dan sumber energi terbarukan. Paten baterai Huawei ini menjadi topik hangat di MWC tahun ini, dengan fokus utama pada pengembangan baterai yang lebih cepat terisi dan tahan lama, terutama untuk smartphone.
Ditantang Microsoft
Menjawab tantangan energi global, Departemen Energi Pacific Northwest National Laboratorium (PNNL) dan Microsoft berkolaborasi dan memanfaatkan artificial intelligence (AI), cloud, dan high performance computing (HPC) untuk mempercepat penemuan ilmiah, misalnya baterai jenis baru. Kemitraan ini difokuskan pada ilmu kimia dan ilmu material karena kedua bidang ilmiah inilah yang melandasi solusi bagi tantangan energi global.
“Kami percaya bahwa irisan antara AI, cloud, dan komputasi berkinerja tinggi (high-performance computing), bersama dengan ilmuwan manusia, adalah kunci untuk mempercepat jalan menuju temuan ilmiah yang bermakna,” ujar Tony Peurrung, Deputy Director for Science and Technology PNNL.
Kerja sama ini disebut Tony akan memberi para ilmuwan akses terhadap kecerdasan buatan. Selain itu, PNNL dan Microsoft melihat potensi AI untuk memunculkan material atau pendekatan yang tidak terduga atau tidak konvensional, tapi patut diinvestigasi. “Ini adalah langkah pertama dari apa yang diharapkan dapat menjadi perjalanan menarik, guna mempercepat laju penemuan ilmiah,” imbuhnya.
Melalui kerja sama ini, para peneliti PNNL menggunakan dan menguji kemampuan platform Azure Quantum Elements (AQE) untuk mengidentifikasi material-material baru untuk penerapan di bidang energi. Kedua organisasi berkomitmen untuk memanfaatkan model-model AI yang canggih untuk menemukan materia-materiall baru yang layak dan bahan kimia yang dibutuhkan untuk menyediakan energy-on-demand dengan tetap menjaga melestarikan sumber daya bumi untuk generasi mendatang.
“Dengan AI baru dan kemampuan hyperscale, kita dapat mempercepat penelitian dan menemukan molekul-molekul baru yang dapat mengatasi masalah-masalah paling mendesak saat ini, mulai dari masalah energi bersih hingga mengeliminasi bahan kimia beracun, dan lainnya,” ujar Jason Zander, Executive Vice President of Strategic Missions and Technologies Microsoft.
Salah satu hasil kolaborasi ini adalah mengembangkan baterai dengan kandungan lithium yang dikurangi hingga 70%. Baterai yang menggunakan kombinasi baru lithium dan sodium ini disebut mampu menghasilkan energi yang cukup untuk menyalakan sebuah lampu bohlam.
Dalam pengembangan baterai ini, para peneliti PNNL dapat mengidentifikasi material baru dalam hitungan hari, dengan memanfaatkan AI dan HPC. Sebelumnya, proses ini membutuhkan waktu bertahun-tahun.
“Terobosan kami dalam menggunakan AI untuk menemukan bahan baterai baru hanyalah salah satu dari banyak contoh bagaimana pendekatan inovatif kami terhadap penelitian material dapat meningkatkan kehidupan kita sehari-hari," ujar Jason Zander, Executive Vice President of Strategic Missions and Technologies Microsoft.
"Kami menyadari sejak awal bahwa keajaiban terletak pada kecepatan untuk mengidentifikasi material yang menjanjikan dan kemampuan kami untuk segera mewujudkan ide-ide itu di laboratorium. Kami sangat antusias untuk membawa ini ke tingkat berikutnya dengan kemitraan antara Microsoft dan PNNL,” kata Brian Abrahamson, Chief Digital Officer, PNNL
Baca Juga: Cloudera Berikan Panduan untuk Sukses Terapkan AI Enterprise
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR