“Ekonomi digital Asia Tenggara terus berkembang pesat, dengan pertumbuhan GMV dan pendapatan dua digit yang berkelanjutan serta lonjakan profitabilitas di berbagai sektor yang dipimpin oleh para pemain penting. Indonesia memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ini sebagai ekonomi digital terbesar di kawasan dan kami memperkirakan GMV akan naik dua kali lipat hingga tahun 2030, terutama didorong oleh sektor e-commerce dan perjalanan daring, khususnya dengan peningkatan perjalanan intraregional,” tutur Aadarsh Baijal (Partner di Bain & Company).
Layanan Keuangan Digital dan Pendanaan Swasta
Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan pula bahwa layanan keuangan digital di Indonesia sedang menjalani penyesuaian strategis untuk memastikan keberlanjutan bisnis. Mereka melakukan penyesuaian mulai dari mengoptimalkan biaya operasional dan memperluas ke pasar-pasar baru, hingga memanfaatkan penggunaan teknologi AI.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024, layanan keuangan digital mengalami pertumbuhan pesat. Dua sektor terbesar adalah pembayaran digital dan pinjaman digital. Pembayaran digital diperkirakan meningkat sekitar 19% dari tahun 2023 sehingga akan akan mencatat GTV (gross transaction value) kira-kira US$404 miliar pada tahun 2024. Sementara pinjaman digital diprediksikan bertumbuh sekitar 27% dari sebelumnya dan akan mencapai GMV berkisar US$9 miliar pada tahun ini.
Adapun pendanaan swasta di Indonesia, sentimen investor masih lesu dengan nilai sekitar US$300 juta dari 51 transaksi pada semester pertama tahun 2024. Pada semester pertama tahun 2023, angkanya lebih tinggi dengan nilai berkisar US$400 juta dari seratus transaksi.
Namun, kebanyakan investor memperkirakan volume transaksi akan meningkat lagi, khususnya pada bidang SaaS (software as a service), fintech (financial technology — teknologi finansial), perawatan kesehatan, dan AI (artificial intelligence — kecerdasan buatan). Menurut laporan e-Conomy SEA kali ini, sekitar 65% investor di Indonesia memperkirakan pendanaan dalam negeri akan meningkat antara tahun 2025 sampai 2030.
“Para investor yakin akan potensi jangka panjang ekonomi digital Indonesia karena faktor-faktor fundamental yang kuat, seperti tren demografis yang menguntungkan dan basis pengguna yang sangat aktif,” ujar Cassie Wu (Direktur, Asia Tenggara, Temasek). “Temasek tetap berkomitmen untuk mengalokasikan modal yang bersifat katalitik ke dalam ekonomi digital Indonesia guna mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, sehingga setiap generasi dapat mencapai kesejahteraan.”
Bicara AI, AI dipercaya juga mentransformasi lanskap digital Indonesia. Bidang pemasaran, gim, dan pendidikan menjadi faktor pendorong minat penelusuran terhadap AI. Kini makin banyak bisnis yang menggunakan AI untuk iklan tepat sasaran, memberikan engagement yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, serta pengalaman pengguna yang immersive. AI telah menjadi alat penting untuk meningkatkan efisiensi, pengalaman pelanggan, dan inovasi.
“Penerapan AI akan mempercepat transformasi digital di berbagai industri dan secara geografis. Menariknya, minat terbesar terhadap AI datang dari Kalimantan Timur, Jakarta, dan Kepulauan Riau,” kata Veronica sembari menambahkan bahwa kapasitas pusat data Google yang telah direncanakan juga diperkirakan akan tumbuh.
Goole menyebutkan bahwa kapasitas pusat data yang telah mereka rencanakan diperkirakan akan tumbuh sejumlah 268% dari kapasitas 202 MW saat ini. Pertumbuhan tersebut adalah untuk mendukung komputasi, layanan AI, dan pertumbuhan data yang lebih cepat.
Penulis | : | Cakrawala Gintings |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR