Industri game global saat ini tengah berkembang pesat dan menjadi sasaran empuk bagi penjahat siber. Dengan lebih dari 3.2 miliar pemain di seluruh dunia, industri ini menjadi target utama untuk serangan siber, terutama mengingat para gamer sering mencantumkan data pribadi dan informasi pembayaran mereka saat bertransaksi dalam game. Hal ini membuat mereka rentan terhadap pencurian data dan eksploitasi kejahatan siber yang terus berkembang.
Pada tahun 2024, serangan besar terjadi ketika lebih dari satu juta file internal dari sebuah perusahaan game dibocorkan ke dark web setelah batas waktu penebusan berakhir, menyoroti besarnya ancaman yang dihadapi oleh industri ini.
Di Indonesia, industri game telah menjadi salah satu kontributor besar bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2025, pasar game seluler di Indonesia diproyeksikan menghasilkan pendapatan hingga Rp5,5 triliun, dengan tingkat pertumbuhan tahunan mencapai 6,42%. Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan populasi gamer terbesar di Asia Tenggara, yang diperkirakan mencapai 192,1 juta orang pada tahun 2025.
Menghadapi potensi ancaman siber ini, Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 19/2024 yang bertujuan untuk mendukung perkembangan industri game Indonesia, dengan fokus pada riset, pendidikan, pendanaan, pemasaran, dan perlindungan kekayaan intelektual.
Keamanan Siber dalam Industri Game
Industri game semakin menjadi sasaran utama bagi penjahat siber karena banyaknya data pribadi dan keuangan pengguna yang tersimpan dalam akun game. Beberapa ancaman utama yang dihadapi oleh para gamer antara lain adalah pembajakan akun, penipuan uang, serangan ransomware, serta serangan DDoS yang dapat menyebabkan kerugian besar baik secara finansial maupun reputasi.
Raghav Iyer, IT Security Evangelist dari ManageEngine, menekankan pentingnya menjaga keamanan dalam ekosistem game. "Keamanan siber dalam industri game tidak bisa dianggap remeh. Mengingat betapa banyaknya data pribadi yang terlibat dalam transaksi dan interaksi di dalam game, kami mendesak para pengembang untuk lebih proaktif dalam mengimplementasikan langkah-langkah pengamanan yang lebih kuat," ujar Raghav.
Memahami Psikologi Pemain Game
Sifat game yang semakin realistis terkadang membuat pemain lengah terhadap ancaman serangan siber. Penjahat siber memanfaatkan momen ini untuk mengeksploitasi pemain melalui manipulasi psikologis atau serangan berbasis phishing saat mereka terfokus pada permainan. Aspek kompetitif dalam game, di mana pemain sering kali berusaha untuk tetap relevan dengan membagikan pencapaian mereka, juga menjadi celah bagi pelaku kejahatan untuk mencuri data atau melakukan eksploitasi keuangan.
Tantangan Keamanan dalam Industri Game
Dengan semakin berkembangnya teknologi game, seperti realitas virtual (VR) dan pengalaman game yang lebih interaktif, tantangan dalam merancang strategi keamanan siber semakin kompleks. Raghav menambahkan, "Teknologi baru seperti VR membawa peluang besar untuk inovasi dalam game, tetapi juga meningkatkan kerentanannya terhadap serangan siber. Para pengembang harus beradaptasi dan terus memperbarui pendekatan mereka terhadap keamanan untuk mengimbangi tren teknologi."
Selain itu, turnamen game yang sering disiarkan secara langsung juga memberikan celah bagi penjahat siber untuk mengeksploitasi pemain secara kelompok dengan cara menipu atau memanipulasi mereka untuk mengunduh malware atau mengungkapkan kredensial login.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |